Nama :
Trisna Hargi Ramadianti Semester : II
NIM :
11140110000069 Kelas : B
Mata Kuliah :
Sejarah Peradaban Islam Tanggal : 26 Juni 2015
1. Jelaskan dengan
akurat sejarah latar belakang berdirinya Dinasti Syafawi di Persia ! Siapa saja
para pemimpin yang menonjol serta apa kontribusinya bagi perkembangan Islam di
Persia pada masa itu ?
Mirip dengan asal usul Dinasti Murabithun dan Muwahhidun di Afrika
Utara, kerajaan Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil, sebuah kota di Azarbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah,
didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Utsmani.
Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama
Safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Bahkan, masih dipertahankan sampai gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.[1]
Safi Al-Din yang lahir pada 1252/ 650 M, enam tahun sebelum Hulagu
Khan menghancurkan Baghdad, berasal dari keturunan yang memilih sufi sebagai
jalan hidupnya. Ia keturunan Imam Syi’ah yang ke 6, Musa Al Kazhim. Gurunya
bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan
julukan Zahid al-Gilani. Kemudian Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya
tersebut. Ia mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru
sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh
memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan
memerangi orang-orang ingkar, dan golongan yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah.
Tarekat ini menjadi semakin penting setelah Safi Al-Din mengubah bentuk tarekat
ini dari pengajian Tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan
yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia. Di luar negeri- negeri
Ardabil Safi menempatkan seorang wakil yang memimpin murid- muridnya. Wakil itu
diberi gelar Khalifah. Lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah
menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap
orang yang bermadzab selain syi’ah.
Kecenderungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya
pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas
gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan.
Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara
Koyunlu (Domba Hitam), salah satu bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu.
Dalam konflik itu Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru
itu ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak koyunlu (Domba Putih)
yang juga merupakan suku bangsa Turki. Ia tinggal di Istana Uzu Hasan, yang
ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Perlu diketahui juga bahwa dua
kerajaan Turki, yakni Kara Koyunlu yang berkuasa di bagian Timur beraliran
syi’ah sedangkan Ak koyunlu yang berkuasa di bagian Barat beraliran Sunni.[2]
Selama dalam pengasingan Junaed tidak tinggal diam. Ia menghimpun
kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga
berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun
1459 M, Junaed berusaha merebut Ardabil tetapi gagal. Tahun 1460 M, ia mencoba
merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan.
Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Ketika itu anak Juneid bernama Haidar masih kecil dan dalam asuhan
Uzun Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan
kepadanya secara resmi tahun 1470 M. Hubungan Haidar dan Uzun Hazan semakin
dekat setelah Haidar mengawini putri Uzun Hasan. Dari perkawinan itu lahirlah
Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia. Haidar
membuat perlambangan baru dari pengikut tarekatnya, yaitu serban merah
mempunyai 12 jambul, sebagai lambang dari 12 imam yang diagungkan dalam mazhab
Syi’ah Istna Asyariah.
Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu, membuat
gerakan Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh
Ak Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal sebelumnya Safawi adalah
sekutu Ak Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekutan militer dan
kekuasaan Dinasti Safawi. Karena itu ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia
dan pasukan Sirwan, Ak Koyunlu mengirim bantuan pada pasukan Sirwan, sehinga
pasukan Haidar kalah dan Haidar terbunuh.
Ali, putra dan pengganti Haidar didesak oleh bala tentaranya untuk
menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap Ak Koyunlu. Tetapi
Ya’kub Pemimpin Ak Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama
saudaranya, Ibrahim, Ismail dan Ibunya di Fars selama empat setengah tahun
(1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota Ak Koyunlu dengan
syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu
Rustam dapat dikalahkan. Ali bersama saudaranya kembali ke Ardabil. Tetapi,
tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan
Ali terbunuh dalam serangan itu pada tahun 1494 M.
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail,
yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail beserta
pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan
dengan para pengikutnya di Azarbaijan, Syiria, Anatolia. Pasukan yang
dipersiapkannya itu dinamai Qizilbash (Baret Merah).
Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan Ak Koyunlu di Sharur, dekat Nackhcivan. Pasukan ini
terus berusaha memasuki dan menaklukan Tabriz, ibu kota Ak Koyunlu dan berhasil
merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai
raja pertama di dinasti Safawi, yang kemudian disebut Ismail I.[3]
Tokoh-tokoh
yang menonjol dan kontribusinya :
1.
Raja Ismail I
(1501-1524) pada tahun 1522 M membawa seorang pelukistimur ke Tabriz. Pelukis
itu bernama Bizard.
2.
Tahmasp I
(1524-1576). Pada masa ini mulai dirintis seni lukis, kemajuan nampak begitu
kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada
masjid sha yang di bangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang di
bangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan
tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian-pakaian dan tenunan, mode, tembikar
dan benda seni lainnya.
3.
Abbas I (1587-1629)
selalu menang dalam peperangan melawan pasukan Turki Ustmani dan berhasil
merebut wilayah kekuasaan Turki Ustmani seperti Tarbiz, Sirwan dan Bahgdad. Sedangkan
Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606
M.Selanjutnya pada tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan
Hurmus dan mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan bandar Abbas. Kontrbusi
Abbas I dalam bidang politik pemerintahan adalah :
a. Mengadakan
pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari pusat
b. Berusaha
menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi dengan cara
membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal
dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak
RajaTamh I.
c. Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
d. Berjanji
tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat.
2. Tuliskan beberapa
faktor penyebab kemunduran Dinasti Syafawi !
a. Konflik
panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab
antara kedua kerajaan.
b. Adanya
dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
c.
Pasukan Ghulam yang dibentuk Abbas I tidak
memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut
tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
d. Seringnya terjadi konflik intern dalam
bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana
e. Pasukan
ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash .Hal ini dikarenakan mereka
tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan
tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar
pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
f. Sering
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana. Krisis abad 18 mengantarkan kepada
berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, periode
pramodern yang berakhir dengan Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan
pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan
pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium
Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama
3. Siapakah pemimpin
Dinasti Mughol yang mengeluakan kebijakan toleransi Universal dan sebutkan isi
dari kebijakan Universal tersebut !
Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh anaknya, Akbar Khan. Gelarnya Sultan
Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta berumur 15 tahun dan
memerintah India selama 50 tahun (1556-1605 M).[18] Karena usianya masih muda,
pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di periode
pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan Syah
melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di Agra
pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu, berhasil menguasai kota itu dan
Delhi. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh saudara seayah dengan
Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur
dan lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.
Namun, setelah Akbar berumur dewasa, ia dapat mengembalikan wilayah-wilayah
yang pernah melepaslan diri, dan memperluas wilayah-wilayah baru secara
gemilang. Strateginya, pertama, ia menyingkirkan Bairam Khan karena
terlalu memaksakan paham syi’ah. Kedua, melancarkan serangan kepada para
penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga, memperkuat militer dan
mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan militer. Keempat, membuat
kebijakan shalahul (toleransi universal). Kebijakan ini memberikan hak
persamaan kepada semua penduduk, mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis
maupun agama. Bahkan, ia menawarkan konsep penyatuan agama-agama menjadi satu
bentuk agama yang disebut din ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal
menjadi sangat luas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan
Kandahar, dikuasai.
Sistem pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat dipegang
oleh raja. Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala
komandan. Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan. Jabatan-jaatan
sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti
latihan militer.[4]
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas
dan keamanan dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan
masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis.
Kebijakan-kebijakannya dibuat untuk tetap menjaga persatuan di wilayahnya.
Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal, yang
memandang semua rakyat sama derajatnya.Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilaihi,
yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya
adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini
diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan
ajarannya, Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan
menggunakan simbol hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan
khitan dan melarang menyembelih dan memakan daging sapi.
Usaha lain Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga public
service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti
menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan merupakan satu
kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, afghan,
Persia dan Hindu.
Isi dari kebijakan Universal diantaranya:
a. Menghapus
jizyah bagi non-muslim
b. Memberikan
pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat, yakni
dengan mendirikan madrasah-madrasah dan memberi tanah-tanah wakaf bagi lembaga-lembaga
sufi berupa iqtha atau madad ma’asyi
c. Membentuk
undang-undang perkawinan baru, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan,
stabilitas dan integrasi masyarakat muslim dan non-muslim
d. Menghapus
pajak-pajak pertanian terutama bagi petani-petani miskin sekalipun non-muslim
e. Menghapus
tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitanan
anak-anak.
4. Jelaskan latar
belakang penetrasi Barat ke dunia Islam ! Bagaimana bentuk penetrasi Barat ke
dunia Islam ? Bagaimana respon umat Islam terhadap penetrasi Barat dan
dampaknya terhadap peradaban Islam !
Latar Belakang
Masa ini berawal pada abad 19 ketika
Eropa mulai mendominasi dunia. Eropa terdorong oleh kebutuhan industry terhadap
bahan baku dan pemasarannya, di samping kompetisi politik dan ekonomi satu sama
lainnya . Negara-negara Eropa menegakkan kerajaan territorial dunia. Belanda
menjajah Indonesia, Rusia menguasai Asia dalam, Inggris di Afrika dan India dan
mengontrol sebagian Timur Tengah dan bagianAfrika Barat.[5]
Negara Islam dan masyarakatnya pada masa itu tidak lagi hidup dalam
keadaan stabil dan tidak mapan lagi dalam system kebudayaan, sehingga keperluan
mereka yang mendesak adalah bagaimana menggerakkan kekuatan agar bisa selamat
dan terhindar dari dominasi Barat. Kerajaan Usmani harus megnadopsi
metode-metode dan pola yang dikembangkan oleh Eropa. Orang-orang Arab tampak
menolak kemajuan Barat, namun disisi lain dia harus menerima dan mengadopsi
ide-ide serta tekhnik-tekhnik Eropa. Kecakapan baru yang didapatan digunakan
untuk dikembangkan.
Sementara agama dan kebudayaan hokum Islam terus dipertahankan,
pemikiran-pemikiran baru mulai bermunculan yang mencoba untuk menjelaskan
sebab-sebab kekuatan Eropa dan mengusulkan negeri-negeri Islam agar dapat
mengadopsi ide-ide Eropa tanpa kehilangan identitas dan kepercayaan diri.
Ide-ide mereka yang dominan adalam melakukan reformasi terhadap hokum Islam,
membentuk basis baru dari kerajaan Usmani, persamaan hak kewarganegaraan, dan
di akhir abad ke 19 muncul nasionalisme. Namun yang menjadi masalah adalah
ide-ide ini jarang tersentuh sampai kepada kehidupan rakyat di pedesaan dan
padang pasir.
Pada abad ke 18 Eropa sudah memiliki kesadaran renaisans yang
tinggi, sedangkan Turki Usmani sedang mengalami kemunduran kekuasaan dan
kemerosotan moral dan korupsi yang melanda mereka pada paruh abad ke 18, yang
mengakibatkan Negara-negara barat seperti Rusia, Austria, Prancis dan Inggris
melirik daerah jajahan Usmani. Pada masa itu mereka di sebut sebagai the
sick man of Erurope. Perang dunia pertama di akhiri dengan lenyapnya
kerajaan Usmani dan ditandai dengan kemunculan Turki sebagai negeri yang
independen.[6]
Pengaruh dan kekuatan Eropa terus meluas setelah berakhirnya perang Napoleon.
Pengadopsian teknik-teknik baru dalam manufacture dan pengorgansiasian industry
memberikan dorongan akibat dari kebutuhan dan energy yang dilepaskan oleh
peperangan tersebut. Secara tidak langsung kita juga telah mengakui bahwa sejak
abad ke-18 dan 19 tidak ada model kesarjanaan yang mampu menandingi model
pemikiran dan pengetahuan Barat., sampai hari ini kita belum melihat adanya
kemungkinan model lain yang dirancang untuk secara sukses menandingi apa yang
terjadi dalam tradisi akademik Barat.
Penyaluran ilmu pengatahuan Islam ke Eropa adalah melalui golongan
muzarobus. Ketika Toledo jatuh ke tangan Kristen. Di Toledo terdapat pusat
sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam, ketika kota itu jatuh tahun 1085,
orang-orang raja Al-Fonso VII dari Castillia belum tahu bahasa Arab dan tidak
mampu mempergunakan segala segala peninggalan kaum muslimin. Maka penduduk asli
Andalus, yang digelari muzarobus yang telah menjadi intelektual, guru, dokter,
ahli kimia, ahli filsafat dan lain-lain yang pernah bekerjasama dengan ummat
Islam sebelumnya, itulah yang kemudian ditugaskan untuk tetap menjalankan
tugas-tugas itu namun harus mengganti agamanya dan menterjemahkannya ke dalam
bahasa yang dipahami.[7]
Selain dari ilmu pengetahun, revolusi transportasi juga dilakukan
dengan ditemukannya kapal uap dan kereta api. Sebelumnya, transportasi,
terutama lewat darat sangat mahal, lambat dan penuh resiko. Sekarang menjadi
cepat dan handal serta proporsi yang timbul dalam total harga barang
menjadimkecil; sehingga memungkinkan untuk memindahkan barang-barang lux dalam
jumlah yang besar ke pangsa pasar yang besar dan dalam jarak yang jauh. Arus
komunikasi dapat bergerak dengan cepat sehingga memungkinkan pertumbuhan pasar
uang internasional; bank-bank, pertukaran barang, dan amta uang poundsterling.
Keuntungan perdagangan dapat diinvestasikan untuk menggerakkan aktivitas
produksi yang baru. Dibelakang para pedagang dan pelayar berdiri kekuatan
bersenjata dari Negara-negara Eropa.[8]
Dengan demikian Negara-negara Eropa secara umum mencampuri hubungan
antara sultan dan rakyatnya yang Kristen. Tahun 1808 Serbia berontak melawan
pemerintah lokal kerajaan Usmani, hasilnya dengan pertolongan Eropa, Negara
otonomi Serbia berdiri tahun 1830. Di Jazirah Arab, pelabuhan Aden diduduki
oInggris dan India pada tahun 1839, dan menjadi pelabuhan untuk rute ke India,
pada tahun 1830 Perancis mendarat di Pantai Al-Jazair dan menjajahnya.[9]
Penetrasi Barat
disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu :
1. Faktor Internal
a. Politik tiga kerajaan Islam mengalami kemunduran sejak abad ke-17.
b. Ekonomi dunia Islam
mengalami kemunduran akibat besarnya anggaran biaya militer untuk mempertahankan wilayah kekuasan
yang luas. Dunia Islam pun mulai kehilangan sumber pendapatan dari jalur
perdagangan Tanjung Harapan dan para penguasa islam hidup berfoya-foya
menyalahgunakan uang Negara.
c. Pemikiran tradisional
berkembang di dunia Islam. Umat Islam mulai menutup pintu ijtihad dan
berorientasi dengan kehidupan akhirat dengan sikap taklid.
2. Faktor Eksternal
a. Dengan ditemukannya
Tanjung Harapan dan Benua Amerika perkonomian Barat mengalami kemajuan yang
sangat pesat namun sangat merugikan bagi dunia Islam. Negara Barat
mengeksploitasi dan menguras kekayaan alam dan sumber daya manusia di daerah
yang dikuasainya.
b. Politik atau penguasaan
wilayah akan memudahkan penguasa kolonial melakukan hubungan dagang dan
monopoli. Stabilitas politik dalam negara jajahan diperlukan untuk memperlancar
eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mempertahankan kepentingan
ekonomi dari gangguan rekan koloni lainnya.
c. Pemikiran rasional
berkembang di Barat yang berasal dari dunia Islam terutama dari
universitas-universitas yang ada di Spanyol dan Sicilia. Dengan metode berfikir
yang rasional dan filosofis ini, Barat mampu mengembangkan sains dan teknologi
sehingga menemukan berbagai penemuan, revolusi industri, dan penguasaan jalur
dagang internasional.
Bentuk
Penetrasi
Seperti kedatangan Portugis, Belanda,
Inggris, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan
internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan politik negara-negara
Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20. Motivasi politik yang
mereka galakkan ialah melakukan politik pecah belah, yaitu penjajah dengan
sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Kaum
bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan jaminan jabatan dan
keuntungan tertentu, sedang rakyat kecil diawasi agar tidak memberontak. Hal
tersebut bertujuan untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan rakyat agar tidak
ada kekuatan yang nantinya dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kaum
penjajah.
Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan
politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia
Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris atau
zending. Di antara bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah
Spanyol dan Portugis. Hal ini tercermin pada semboyan mereka dalam menjajah,
yaitu Gold (semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat
untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel (semangat
untuk menyebarkan agama Kristen di masyarakat yang terjajah.[10]
Imperealisme Barat
telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap Peradaban umat Islam.
Peradaban Islam berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya yang
merusak semakin nampak, misalnya budaya minuman keras, berjudi, pergaulan
bebas, dan sebagainya melanda kau terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak
peradaban dan generasi Islam.[11]
Imperealisme Barat
telah berdampak kepada hampir seluruh negara-negara Muslim. Negara-negara Islam
yang pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia
Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negara-negara Islam di Timur
Tengah, yang masih berada di bawah kekuasaan
kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masa berikutnya.[12]
Ekspansi Barat ke Timur
Tengah di mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat
mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri
perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih
disegani oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke
wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan
Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat
bahwa Kerajaan Usmani telah melakukan perubahan-perubahan.
Respon Umat Islam
Adanya
penetrasi Barat ke dunia islam yang berlangsung selama beberapa abad, tentunya
mempunyai dampak tersendiri, khususnya pada bidang ekonomi dan politik. Namun
tidak hanya dibidang ekonomi dan politik saja termasuk bidang Pendidikan dan
budaya juga terkena dampaknya, dampak ini membuat melemahnya kesatuan umat
islam karena banyak merugikan. Berikut dampak-dampak yang terjadi akibat penetrasi
barat ke dunia islam:
a. Dalam Bidang Politik
· Penjajahan
itu menyebabkan kehancuran politik bangsa yang dijajahnya.
· Politik
kapitalisme membuat bangsa yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk
keuntungan tanpa menghiraukan penderitaan orang lain, rakyat kecil jadi
tertindas.
b. Dalam Bidang Ekonomi
· Dengan
berkembangnya sistem kapitalisme, kemiskinan akan terus bertambah. Kesengsaraan
Umat Islam akan makin parah.
· Sistem
kapitalisme ini akan menimbulkan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara besar-besaran.
c. Dalam Bidang Sosial Pendidikan
· Penjajah
senantiasa membuat jurang pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil,
sehingga diantara mereka tidak ada persatuan.
· Kaum
agamis tidak diperbolehkan berpolitik. Penjajah khawatir jika ada orang-orang
Islam menggerakkan organisasi untuk kemajuan umatnya. Rakyat kecil tidak diberi
hak untuk sekolah, yang boleh sekolah hanya anak-anak pejabat saja.
d. Dalam Bidang Budaya
· Budaya
yang disebarkan penjajah dapat merusak agama yang dimiliki bangsa yang
dijajahnya; seperti minum arak, berjudi, pergaulan bebas dan budaya negatif
lainnya yang disebarkan.
· Pelajar
jauh dari agama, mereka dijauhkan dari agama.
·
5. Jelaskan latar
belakang berdirinya ormas-ormas Islam di Indonesia seperti Nadhlatul Ulama’,
Muhammadiyah, Jam’iyatul Wasliah dan Al-Irsyad ! dan apa kontirbusi
ormas-ormasi islam tersebut terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam pada
masa itu !
a.
Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),
disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini
berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sebab jauh sebelum
NU lahir dalam bentuk jam’iyyah
(organisasi), ia terlebih dahulu mewujud dalam bentuk jama’ah (community) yang
terikat kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakter
tersendiri.
Dalam Anggaran Dasar hasil Muktamarnya yang
ketiga pada tahun 1928 M, secara tegas dinyatakan bahwa kehadiran NU bertujuan
membentengi artikulasi fiqh empat madzhab di tanah air. Sebagaimana tercantum
pada pasal 2 Qanun Asasi li Jam’iyat
Nahdhatul al-Ulama (Anggaran Dasar NU), yaitu :
a.
Memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat (yaitu madzhabnya
Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah
an-Nu’man, dan Imam Ahmad bin Hanbal);
b.
Menyelenggarakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.
b.
Muhammadiyah (MD)
Muhammadiyah
merupakan sebuah organisasi Islam modern yang berdiri di Yogyakarta pada 18
November 1912. Organisasi ini terbentuk karena masyarakat islam yang
berpandangan maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi yang menampung
aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat islam. Keberadaan
tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena pendidikan
serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui ibadah haji.
Salah seorang tokoh tersebut ialah KH. Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan
organisasi ini.
Muhammadiyah
didirikan atas dasar agama dan bertujuan untuk melepaskan agama Islam dari adat
kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama
dalam Muhammadiyah secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:
a) ‘Aqidah; untuk menegakkan aqidah Islam yang murni, bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam;
b) Akhlaq; untuk menegakkan nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada
nilai-nilai ciptaan manusia;
c) ‘Ibadah; untuk menegakkan ‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah
S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia;
d) Mu’amalah dunyawiyat; untuk terlaksananya
mu’amalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan
berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini
sebagai ‘ibadah kepada Allah SWT
c.
Jam’iyatul Wasliah
Dengan tumbuhnya kesadaran nasional seluruh lapisan rakyat Indonesia
dari Sabang sampai Merauke untuk merdeka , sebagai kelanjutan perjuangan parade
Teuku Umar , Iman Bonjol , Sultan Hasanuddin , Diponogoro dan lainnya . Di
Medan (daerah Kesawan) tanggal 19 Mei 1918 lahirlah MIT (Maktab Islamiyah
Tapanuli) . Kepala Maktab ini adalah Syekh Haji Muhammad Yunus di bantu
sejumlah ulama lainnya . Sekolah ini mendidik putra – putri bangsa , agar
menjadi generasi yang sadar terhadap nasib bangsa .
Hasil didikan ulama ini muncullah generasi yang memiliki kesadaran
terhadap nasib bangsa . Sepuluh tahun kemudian , aktivis MIT membentuk “
Debating Club “ (1928) dengan program utama masalah keagamaan , sosial
kemasyarakatan dan nasib bangsa . Dari hasil diskusi berkelanjutan ini lahirlah
ide untulk membangun suatu organisasi yang berkerja untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa (pendidikan) , bimbingan (dakwah) dan membangun jaringan
soldaritas (sosial) . Organisasi itu mereka beri nama Al – Jamiatul Al –
Washliyah (1930) .
d.
Al-Irsyad
Lahirnya organisasi Al-Irsyad diprakarsai
orang-orang Arab non-sayyid yang tidak puas dengan Jamiat Khair. Ketidakpuasan
itu dilatar belakangi perbedaan pandangan tentang stratifikasi sosial dalam
masyarakat Arab di Indonesia, diantaranya dalam permasalahan:
a.
Kafa’ah (kesetaraan dalam perkawinan)
Tidak diperbolehkan untuk menikahkan
wanita sayyid dengan non-sayyid, walaupun ia menyetujuinya dan mengesampingkan
hak kesejajarannya bahkan dengan persetujuan wali. Hak kesejajaran didasari
harga diri.
b.
Taqbil (mencium tangan sayyid bila bersalaman)
Orang bukan sayyid diwajibkan mencium
tangan kalangan Arab yang menyandang gelar sayyid.
[1] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet.
II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h.138
[2] Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 170.
[4] Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern
(Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009),h.150
[5] Wajah Perdaban Barat, Andrian Husein, Gema Insani Press,
Jakarta 2005, h. 42
[7]Sejarah Islam Klasik, Musyrifah Sunanto, Jakarta, 2007, cet. Ke-3,
h.224
[8]Wajah Peradaban Barat, Andrian Husein, Jakarta, Gema Insani 2005,
h. 50
[10]Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet. II;
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h h. 350-352.
[11] Ibid., h. 352.
[12] Badri Yatim, op. cit., h. 175.
Nama :
Trisna Hargi Ramadianti Semester : II
NIM :
11140110000069 Kelas : B
Mata Kuliah :
Sejarah Peradaban Islam Tanggal : 26 Juni 2015
1. Jelaskan dengan
akurat sejarah latar belakang berdirinya Dinasti Syafawi di Persia ! Siapa saja
para pemimpin yang menonjol serta apa kontribusinya bagi perkembangan Islam di
Persia pada masa itu ?
Mirip dengan asal usul Dinasti Murabithun dan Muwahhidun di Afrika
Utara, kerajaan Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di
Ardabil, sebuah kota di Azarbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah,
didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Utsmani.
Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama
Safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.
Bahkan, masih dipertahankan sampai gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.[1]
Safi Al-Din yang lahir pada 1252/ 650 M, enam tahun sebelum Hulagu
Khan menghancurkan Baghdad, berasal dari keturunan yang memilih sufi sebagai
jalan hidupnya. Ia keturunan Imam Syi’ah yang ke 6, Musa Al Kazhim. Gurunya
bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan
julukan Zahid al-Gilani. Kemudian Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya
tersebut. Ia mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru
sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh
memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan
memerangi orang-orang ingkar, dan golongan yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah.
Tarekat ini menjadi semakin penting setelah Safi Al-Din mengubah bentuk tarekat
ini dari pengajian Tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan
yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia. Di luar negeri- negeri
Ardabil Safi menempatkan seorang wakil yang memimpin murid- muridnya. Wakil itu
diberi gelar Khalifah. Lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah
menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap
orang yang bermadzab selain syi’ah.
Kecenderungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya
pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas
gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan.
Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara
Koyunlu (Domba Hitam), salah satu bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu.
Dalam konflik itu Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru
itu ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak koyunlu (Domba Putih)
yang juga merupakan suku bangsa Turki. Ia tinggal di Istana Uzu Hasan, yang
ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Perlu diketahui juga bahwa dua
kerajaan Turki, yakni Kara Koyunlu yang berkuasa di bagian Timur beraliran
syi’ah sedangkan Ak koyunlu yang berkuasa di bagian Barat beraliran Sunni.[2]
Selama dalam pengasingan Junaed tidak tinggal diam. Ia menghimpun
kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga
berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun
1459 M, Junaed berusaha merebut Ardabil tetapi gagal. Tahun 1460 M, ia mencoba
merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan.
Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Ketika itu anak Juneid bernama Haidar masih kecil dan dalam asuhan
Uzun Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan
kepadanya secara resmi tahun 1470 M. Hubungan Haidar dan Uzun Hazan semakin
dekat setelah Haidar mengawini putri Uzun Hasan. Dari perkawinan itu lahirlah
Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia. Haidar
membuat perlambangan baru dari pengikut tarekatnya, yaitu serban merah
mempunyai 12 jambul, sebagai lambang dari 12 imam yang diagungkan dalam mazhab
Syi’ah Istna Asyariah.
Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu, membuat
gerakan Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh
Ak Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal sebelumnya Safawi adalah
sekutu Ak Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekutan militer dan
kekuasaan Dinasti Safawi. Karena itu ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia
dan pasukan Sirwan, Ak Koyunlu mengirim bantuan pada pasukan Sirwan, sehinga
pasukan Haidar kalah dan Haidar terbunuh.
Ali, putra dan pengganti Haidar didesak oleh bala tentaranya untuk
menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap Ak Koyunlu. Tetapi
Ya’kub Pemimpin Ak Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama
saudaranya, Ibrahim, Ismail dan Ibunya di Fars selama empat setengah tahun
(1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota Ak Koyunlu dengan
syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu
Rustam dapat dikalahkan. Ali bersama saudaranya kembali ke Ardabil. Tetapi,
tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan
Ali terbunuh dalam serangan itu pada tahun 1494 M.
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail,
yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail beserta
pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan
dengan para pengikutnya di Azarbaijan, Syiria, Anatolia. Pasukan yang
dipersiapkannya itu dinamai Qizilbash (Baret Merah).
Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan Ak Koyunlu di Sharur, dekat Nackhcivan. Pasukan ini
terus berusaha memasuki dan menaklukan Tabriz, ibu kota Ak Koyunlu dan berhasil
merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai
raja pertama di dinasti Safawi, yang kemudian disebut Ismail I.[3]
Tokoh-tokoh
yang menonjol dan kontribusinya :
1.
Raja Ismail I
(1501-1524) pada tahun 1522 M membawa seorang pelukistimur ke Tabriz. Pelukis
itu bernama Bizard.
2.
Tahmasp I
(1524-1576). Pada masa ini mulai dirintis seni lukis, kemajuan nampak begitu
kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada
masjid sha yang di bangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang di
bangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan
tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian-pakaian dan tenunan, mode, tembikar
dan benda seni lainnya.
3.
Abbas I (1587-1629)
selalu menang dalam peperangan melawan pasukan Turki Ustmani dan berhasil
merebut wilayah kekuasaan Turki Ustmani seperti Tarbiz, Sirwan dan Bahgdad. Sedangkan
Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606
M.Selanjutnya pada tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan
Hurmus dan mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan bandar Abbas. Kontrbusi
Abbas I dalam bidang politik pemerintahan adalah :
a. Mengadakan
pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari pusat
b. Berusaha
menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi dengan cara
membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal
dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak
RajaTamh I.
c. Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
d. Berjanji
tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat.
2. Tuliskan beberapa
faktor penyebab kemunduran Dinasti Syafawi !
a. Konflik
panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab
antara kedua kerajaan.
b. Adanya
dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
c.
Pasukan Ghulam yang dibentuk Abbas I tidak
memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut
tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
d. Seringnya terjadi konflik intern dalam
bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana
e. Pasukan
ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash .Hal ini dikarenakan mereka
tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan
tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar
pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
f. Sering
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana. Krisis abad 18 mengantarkan kepada
berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, periode
pramodern yang berakhir dengan Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan
pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan
pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium
Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama
3. Siapakah pemimpin
Dinasti Mughol yang mengeluakan kebijakan toleransi Universal dan sebutkan isi
dari kebijakan Universal tersebut !
Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh anaknya, Akbar Khan. Gelarnya Sultan
Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta berumur 15 tahun dan
memerintah India selama 50 tahun (1556-1605 M).[18] Karena usianya masih muda,
pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di periode
pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan Syah
melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di Agra
pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu, berhasil menguasai kota itu dan
Delhi. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh saudara seayah dengan
Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur
dan lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.
Namun, setelah Akbar berumur dewasa, ia dapat mengembalikan wilayah-wilayah
yang pernah melepaslan diri, dan memperluas wilayah-wilayah baru secara
gemilang. Strateginya, pertama, ia menyingkirkan Bairam Khan karena
terlalu memaksakan paham syi’ah. Kedua, melancarkan serangan kepada para
penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga, memperkuat militer dan
mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan militer. Keempat, membuat
kebijakan shalahul (toleransi universal). Kebijakan ini memberikan hak
persamaan kepada semua penduduk, mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis
maupun agama. Bahkan, ia menawarkan konsep penyatuan agama-agama menjadi satu
bentuk agama yang disebut din ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal
menjadi sangat luas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan
Kandahar, dikuasai.
Sistem pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat dipegang
oleh raja. Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala
komandan. Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan. Jabatan-jaatan
sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti
latihan militer.[4]
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas
dan keamanan dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan
masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis.
Kebijakan-kebijakannya dibuat untuk tetap menjaga persatuan di wilayahnya.
Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal, yang
memandang semua rakyat sama derajatnya.Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilaihi,
yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya
adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini
diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan
ajarannya, Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan
menggunakan simbol hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan
khitan dan melarang menyembelih dan memakan daging sapi.
Usaha lain Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga public
service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti
menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan merupakan satu
kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, afghan,
Persia dan Hindu.
Isi dari kebijakan Universal diantaranya:
a. Menghapus
jizyah bagi non-muslim
b. Memberikan
pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat, yakni
dengan mendirikan madrasah-madrasah dan memberi tanah-tanah wakaf bagi lembaga-lembaga
sufi berupa iqtha atau madad ma’asyi
c. Membentuk
undang-undang perkawinan baru, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan,
stabilitas dan integrasi masyarakat muslim dan non-muslim
d. Menghapus
pajak-pajak pertanian terutama bagi petani-petani miskin sekalipun non-muslim
e. Menghapus
tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitanan
anak-anak.
4. Jelaskan latar
belakang penetrasi Barat ke dunia Islam ! Bagaimana bentuk penetrasi Barat ke
dunia Islam ? Bagaimana respon umat Islam terhadap penetrasi Barat dan
dampaknya terhadap peradaban Islam !
Latar Belakang
Masa ini berawal pada abad 19 ketika
Eropa mulai mendominasi dunia. Eropa terdorong oleh kebutuhan industry terhadap
bahan baku dan pemasarannya, di samping kompetisi politik dan ekonomi satu sama
lainnya . Negara-negara Eropa menegakkan kerajaan territorial dunia. Belanda
menjajah Indonesia, Rusia menguasai Asia dalam, Inggris di Afrika dan India dan
mengontrol sebagian Timur Tengah dan bagianAfrika Barat.[5]
Negara Islam dan masyarakatnya pada masa itu tidak lagi hidup dalam
keadaan stabil dan tidak mapan lagi dalam system kebudayaan, sehingga keperluan
mereka yang mendesak adalah bagaimana menggerakkan kekuatan agar bisa selamat
dan terhindar dari dominasi Barat. Kerajaan Usmani harus megnadopsi
metode-metode dan pola yang dikembangkan oleh Eropa. Orang-orang Arab tampak
menolak kemajuan Barat, namun disisi lain dia harus menerima dan mengadopsi
ide-ide serta tekhnik-tekhnik Eropa. Kecakapan baru yang didapatan digunakan
untuk dikembangkan.
Sementara agama dan kebudayaan hokum Islam terus dipertahankan,
pemikiran-pemikiran baru mulai bermunculan yang mencoba untuk menjelaskan
sebab-sebab kekuatan Eropa dan mengusulkan negeri-negeri Islam agar dapat
mengadopsi ide-ide Eropa tanpa kehilangan identitas dan kepercayaan diri.
Ide-ide mereka yang dominan adalam melakukan reformasi terhadap hokum Islam,
membentuk basis baru dari kerajaan Usmani, persamaan hak kewarganegaraan, dan
di akhir abad ke 19 muncul nasionalisme. Namun yang menjadi masalah adalah
ide-ide ini jarang tersentuh sampai kepada kehidupan rakyat di pedesaan dan
padang pasir.
Pada abad ke 18 Eropa sudah memiliki kesadaran renaisans yang
tinggi, sedangkan Turki Usmani sedang mengalami kemunduran kekuasaan dan
kemerosotan moral dan korupsi yang melanda mereka pada paruh abad ke 18, yang
mengakibatkan Negara-negara barat seperti Rusia, Austria, Prancis dan Inggris
melirik daerah jajahan Usmani. Pada masa itu mereka di sebut sebagai the
sick man of Erurope. Perang dunia pertama di akhiri dengan lenyapnya
kerajaan Usmani dan ditandai dengan kemunculan Turki sebagai negeri yang
independen.[6]
Pengaruh dan kekuatan Eropa terus meluas setelah berakhirnya perang Napoleon.
Pengadopsian teknik-teknik baru dalam manufacture dan pengorgansiasian industry
memberikan dorongan akibat dari kebutuhan dan energy yang dilepaskan oleh
peperangan tersebut. Secara tidak langsung kita juga telah mengakui bahwa sejak
abad ke-18 dan 19 tidak ada model kesarjanaan yang mampu menandingi model
pemikiran dan pengetahuan Barat., sampai hari ini kita belum melihat adanya
kemungkinan model lain yang dirancang untuk secara sukses menandingi apa yang
terjadi dalam tradisi akademik Barat.
Penyaluran ilmu pengatahuan Islam ke Eropa adalah melalui golongan
muzarobus. Ketika Toledo jatuh ke tangan Kristen. Di Toledo terdapat pusat
sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam, ketika kota itu jatuh tahun 1085,
orang-orang raja Al-Fonso VII dari Castillia belum tahu bahasa Arab dan tidak
mampu mempergunakan segala segala peninggalan kaum muslimin. Maka penduduk asli
Andalus, yang digelari muzarobus yang telah menjadi intelektual, guru, dokter,
ahli kimia, ahli filsafat dan lain-lain yang pernah bekerjasama dengan ummat
Islam sebelumnya, itulah yang kemudian ditugaskan untuk tetap menjalankan
tugas-tugas itu namun harus mengganti agamanya dan menterjemahkannya ke dalam
bahasa yang dipahami.[7]
Selain dari ilmu pengetahun, revolusi transportasi juga dilakukan
dengan ditemukannya kapal uap dan kereta api. Sebelumnya, transportasi,
terutama lewat darat sangat mahal, lambat dan penuh resiko. Sekarang menjadi
cepat dan handal serta proporsi yang timbul dalam total harga barang
menjadimkecil; sehingga memungkinkan untuk memindahkan barang-barang lux dalam
jumlah yang besar ke pangsa pasar yang besar dan dalam jarak yang jauh. Arus
komunikasi dapat bergerak dengan cepat sehingga memungkinkan pertumbuhan pasar
uang internasional; bank-bank, pertukaran barang, dan amta uang poundsterling.
Keuntungan perdagangan dapat diinvestasikan untuk menggerakkan aktivitas
produksi yang baru. Dibelakang para pedagang dan pelayar berdiri kekuatan
bersenjata dari Negara-negara Eropa.[8]
Dengan demikian Negara-negara Eropa secara umum mencampuri hubungan
antara sultan dan rakyatnya yang Kristen. Tahun 1808 Serbia berontak melawan
pemerintah lokal kerajaan Usmani, hasilnya dengan pertolongan Eropa, Negara
otonomi Serbia berdiri tahun 1830. Di Jazirah Arab, pelabuhan Aden diduduki
oInggris dan India pada tahun 1839, dan menjadi pelabuhan untuk rute ke India,
pada tahun 1830 Perancis mendarat di Pantai Al-Jazair dan menjajahnya.[9]
Penetrasi Barat
disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu :
1. Faktor Internal
a. Politik tiga kerajaan Islam mengalami kemunduran sejak abad ke-17.
b. Ekonomi dunia Islam
mengalami kemunduran akibat besarnya anggaran biaya militer untuk mempertahankan wilayah kekuasan
yang luas. Dunia Islam pun mulai kehilangan sumber pendapatan dari jalur
perdagangan Tanjung Harapan dan para penguasa islam hidup berfoya-foya
menyalahgunakan uang Negara.
c. Pemikiran tradisional
berkembang di dunia Islam. Umat Islam mulai menutup pintu ijtihad dan
berorientasi dengan kehidupan akhirat dengan sikap taklid.
2. Faktor Eksternal
a. Dengan ditemukannya
Tanjung Harapan dan Benua Amerika perkonomian Barat mengalami kemajuan yang
sangat pesat namun sangat merugikan bagi dunia Islam. Negara Barat
mengeksploitasi dan menguras kekayaan alam dan sumber daya manusia di daerah
yang dikuasainya.
b. Politik atau penguasaan
wilayah akan memudahkan penguasa kolonial melakukan hubungan dagang dan
monopoli. Stabilitas politik dalam negara jajahan diperlukan untuk memperlancar
eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mempertahankan kepentingan
ekonomi dari gangguan rekan koloni lainnya.
c. Pemikiran rasional
berkembang di Barat yang berasal dari dunia Islam terutama dari
universitas-universitas yang ada di Spanyol dan Sicilia. Dengan metode berfikir
yang rasional dan filosofis ini, Barat mampu mengembangkan sains dan teknologi
sehingga menemukan berbagai penemuan, revolusi industri, dan penguasaan jalur
dagang internasional.
Bentuk
Penetrasi
Seperti kedatangan Portugis, Belanda,
Inggris, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan
internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan politik negara-negara
Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20. Motivasi politik yang
mereka galakkan ialah melakukan politik pecah belah, yaitu penjajah dengan
sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Kaum
bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan jaminan jabatan dan
keuntungan tertentu, sedang rakyat kecil diawasi agar tidak memberontak. Hal
tersebut bertujuan untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan rakyat agar tidak
ada kekuatan yang nantinya dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kaum
penjajah.
Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan
politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia
Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris atau
zending. Di antara bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah
Spanyol dan Portugis. Hal ini tercermin pada semboyan mereka dalam menjajah,
yaitu Gold (semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat
untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel (semangat
untuk menyebarkan agama Kristen di masyarakat yang terjajah.[10]
Imperealisme Barat
telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap Peradaban umat Islam.
Peradaban Islam berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya yang
merusak semakin nampak, misalnya budaya minuman keras, berjudi, pergaulan
bebas, dan sebagainya melanda kau terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak
peradaban dan generasi Islam.[11]
Imperealisme Barat
telah berdampak kepada hampir seluruh negara-negara Muslim. Negara-negara Islam
yang pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia
Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negara-negara Islam di Timur
Tengah, yang masih berada di bawah kekuasaan
kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masa berikutnya.[12]
Ekspansi Barat ke Timur
Tengah di mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat
mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri
perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih
disegani oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke
wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan
Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat
bahwa Kerajaan Usmani telah melakukan perubahan-perubahan.
Respon Umat Islam
Adanya
penetrasi Barat ke dunia islam yang berlangsung selama beberapa abad, tentunya
mempunyai dampak tersendiri, khususnya pada bidang ekonomi dan politik. Namun
tidak hanya dibidang ekonomi dan politik saja termasuk bidang Pendidikan dan
budaya juga terkena dampaknya, dampak ini membuat melemahnya kesatuan umat
islam karena banyak merugikan. Berikut dampak-dampak yang terjadi akibat penetrasi
barat ke dunia islam:
a. Dalam Bidang Politik
· Penjajahan
itu menyebabkan kehancuran politik bangsa yang dijajahnya.
· Politik
kapitalisme membuat bangsa yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk
keuntungan tanpa menghiraukan penderitaan orang lain, rakyat kecil jadi
tertindas.
b. Dalam Bidang Ekonomi
· Dengan
berkembangnya sistem kapitalisme, kemiskinan akan terus bertambah. Kesengsaraan
Umat Islam akan makin parah.
· Sistem
kapitalisme ini akan menimbulkan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya
manusia secara besar-besaran.
c. Dalam Bidang Sosial Pendidikan
· Penjajah
senantiasa membuat jurang pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil,
sehingga diantara mereka tidak ada persatuan.
· Kaum
agamis tidak diperbolehkan berpolitik. Penjajah khawatir jika ada orang-orang
Islam menggerakkan organisasi untuk kemajuan umatnya. Rakyat kecil tidak diberi
hak untuk sekolah, yang boleh sekolah hanya anak-anak pejabat saja.
d. Dalam Bidang Budaya
· Budaya
yang disebarkan penjajah dapat merusak agama yang dimiliki bangsa yang
dijajahnya; seperti minum arak, berjudi, pergaulan bebas dan budaya negatif
lainnya yang disebarkan.
· Pelajar
jauh dari agama, mereka dijauhkan dari agama.
·
5. Jelaskan latar
belakang berdirinya ormas-ormas Islam di Indonesia seperti Nadhlatul Ulama’,
Muhammadiyah, Jam’iyatul Wasliah dan Al-Irsyad ! dan apa kontirbusi
ormas-ormasi islam tersebut terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam pada
masa itu !
a.
Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),
disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini
berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sebab jauh sebelum
NU lahir dalam bentuk jam’iyyah
(organisasi), ia terlebih dahulu mewujud dalam bentuk jama’ah (community) yang
terikat kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakter
tersendiri.
Dalam Anggaran Dasar hasil Muktamarnya yang
ketiga pada tahun 1928 M, secara tegas dinyatakan bahwa kehadiran NU bertujuan
membentengi artikulasi fiqh empat madzhab di tanah air. Sebagaimana tercantum
pada pasal 2 Qanun Asasi li Jam’iyat
Nahdhatul al-Ulama (Anggaran Dasar NU), yaitu :
a.
Memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat (yaitu madzhabnya
Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah
an-Nu’man, dan Imam Ahmad bin Hanbal);
b.
Menyelenggarakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.
b.
Muhammadiyah (MD)
Muhammadiyah
merupakan sebuah organisasi Islam modern yang berdiri di Yogyakarta pada 18
November 1912. Organisasi ini terbentuk karena masyarakat islam yang
berpandangan maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi yang menampung
aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat islam. Keberadaan
tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena pendidikan
serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui ibadah haji.
Salah seorang tokoh tersebut ialah KH. Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan
organisasi ini.
Muhammadiyah
didirikan atas dasar agama dan bertujuan untuk melepaskan agama Islam dari adat
kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama
dalam Muhammadiyah secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:
a) ‘Aqidah; untuk menegakkan aqidah Islam yang murni, bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam;
b) Akhlaq; untuk menegakkan nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada
nilai-nilai ciptaan manusia;
c) ‘Ibadah; untuk menegakkan ‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah
S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia;
d) Mu’amalah dunyawiyat; untuk terlaksananya
mu’amalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan
berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini
sebagai ‘ibadah kepada Allah SWT
c.
Jam’iyatul Wasliah
Dengan tumbuhnya kesadaran nasional seluruh lapisan rakyat Indonesia
dari Sabang sampai Merauke untuk merdeka , sebagai kelanjutan perjuangan parade
Teuku Umar , Iman Bonjol , Sultan Hasanuddin , Diponogoro dan lainnya . Di
Medan (daerah Kesawan) tanggal 19 Mei 1918 lahirlah MIT (Maktab Islamiyah
Tapanuli) . Kepala Maktab ini adalah Syekh Haji Muhammad Yunus di bantu
sejumlah ulama lainnya . Sekolah ini mendidik putra – putri bangsa , agar
menjadi generasi yang sadar terhadap nasib bangsa .
Hasil didikan ulama ini muncullah generasi yang memiliki kesadaran
terhadap nasib bangsa . Sepuluh tahun kemudian , aktivis MIT membentuk “
Debating Club “ (1928) dengan program utama masalah keagamaan , sosial
kemasyarakatan dan nasib bangsa . Dari hasil diskusi berkelanjutan ini lahirlah
ide untulk membangun suatu organisasi yang berkerja untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa (pendidikan) , bimbingan (dakwah) dan membangun jaringan
soldaritas (sosial) . Organisasi itu mereka beri nama Al – Jamiatul Al –
Washliyah (1930) .
d.
Al-Irsyad
Lahirnya organisasi Al-Irsyad diprakarsai
orang-orang Arab non-sayyid yang tidak puas dengan Jamiat Khair. Ketidakpuasan
itu dilatar belakangi perbedaan pandangan tentang stratifikasi sosial dalam
masyarakat Arab di Indonesia, diantaranya dalam permasalahan:
a.
Kafa’ah (kesetaraan dalam perkawinan)
Tidak diperbolehkan untuk menikahkan
wanita sayyid dengan non-sayyid, walaupun ia menyetujuinya dan mengesampingkan
hak kesejajarannya bahkan dengan persetujuan wali. Hak kesejajaran didasari
harga diri.
b.
Taqbil (mencium tangan sayyid bila bersalaman)
Orang bukan sayyid diwajibkan mencium
tangan kalangan Arab yang menyandang gelar sayyid.
[1] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet.
II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h.138
[2] Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 170.
[4] Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern
(Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009),h.150
[5] Wajah Perdaban Barat, Andrian Husein, Gema Insani Press,
Jakarta 2005, h. 42
[7]Sejarah Islam Klasik, Musyrifah Sunanto, Jakarta, 2007, cet. Ke-3,
h.224
[8]Wajah Peradaban Barat, Andrian Husein, Jakarta, Gema Insani 2005,
h. 50
[10]Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet. II;
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h h. 350-352.
[11] Ibid., h. 352.
[12] Badri Yatim, op. cit., h. 175.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar