Sabtu, 05 September 2015

peradaban islam Dinasti Syafwi,Mughol dan latar belakang berdirinya ormas islam



Nama             : Trisna Hargi Ramadianti                        Semester      : II
NIM                 : 11140110000069                                      Kelas             : B
Mata Kuliah  : Sejarah Peradaban Islam                       Tanggal        : 26 Juni 2015

1.  Jelaskan dengan akurat sejarah latar belakang berdirinya Dinasti Syafawi di Persia ! Siapa saja para pemimpin yang menonjol serta apa kontribusinya bagi perkembangan Islam di Persia pada masa itu ?

Mirip dengan asal usul Dinasti Murabithun dan Muwahhidun di Afrika Utara, kerajaan Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azarbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Utsmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, masih dipertahankan sampai gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.[1]
Safi Al-Din yang lahir pada 1252/ 650 M, enam tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, berasal dari keturunan yang memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan Imam Syi’ah yang ke 6, Musa Al Kazhim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al-Gilani. Kemudian Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Ia mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang ingkar, dan golongan yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah. Tarekat ini menjadi semakin penting setelah Safi Al-Din mengubah bentuk tarekat ini dari pengajian Tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia. Di luar negeri- negeri Ardabil Safi menempatkan seorang wakil yang memimpin murid- muridnya. Wakil itu diberi gelar Khalifah. Lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang yang bermadzab selain syi’ah.
Kecenderungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (Domba Hitam), salah satu bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik itu Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru itu ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak koyunlu (Domba Putih) yang juga merupakan suku bangsa Turki. Ia tinggal di Istana Uzu Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Perlu diketahui juga bahwa dua kerajaan Turki, yakni Kara Koyunlu yang berkuasa di bagian Timur beraliran syi’ah sedangkan Ak koyunlu yang berkuasa di bagian Barat beraliran Sunni.[2]
Selama dalam pengasingan Junaed tidak tinggal diam. Ia menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Junaed berusaha merebut Ardabil tetapi gagal. Tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.              
Ketika itu anak Juneid bernama Haidar masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi tahun 1470 M. Hubungan Haidar dan Uzun Hazan semakin dekat setelah Haidar mengawini putri Uzun Hasan. Dari perkawinan itu lahirlah Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia. Haidar membuat perlambangan baru dari pengikut tarekatnya, yaitu serban merah mempunyai 12 jambul, sebagai lambang dari 12 imam yang diagungkan dalam mazhab Syi’ah Istna Asyariah.
Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu, membuat gerakan Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh Ak Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal sebelumnya Safawi adalah sekutu Ak Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekutan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Karena itu ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, Ak Koyunlu mengirim bantuan pada pasukan Sirwan, sehinga pasukan Haidar kalah dan Haidar terbunuh.
Ali, putra dan pengganti Haidar didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap Ak Koyunlu. Tetapi Ya’kub Pemimpin Ak Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan Ibunya di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota Ak Koyunlu dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Rustam dapat dikalahkan. Ali bersama saudaranya kembali ke Ardabil. Tetapi, tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh dalam serangan itu pada tahun 1494 M.
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azarbaijan, Syiria, Anatolia. Pasukan yang dipersiapkannya itu dinamai Qizilbash (Baret Merah).
Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak Koyunlu di Sharur, dekat Nackhcivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukan Tabriz, ibu kota Ak Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama di dinasti Safawi, yang kemudian disebut Ismail I.[3]

Tokoh-tokoh yang menonjol dan kontribusinya :
1.    Raja Ismail I (1501-1524) pada tahun 1522 M membawa seorang pelukistimur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizard.
2.    Tahmasp I (1524-1576). Pada masa ini mulai dirintis seni lukis, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid sha yang di bangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang di bangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian-pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan benda seni lainnya.
3.    Abbas I (1587-1629) selalu menang dalam peperangan melawan pasukan Turki Ustmani dan berhasil merebut wilayah kekuasaan Turki Ustmani seperti Tarbiz, Sirwan dan Bahgdad. Sedangkan Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M.Selanjutnya pada tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmus dan mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan bandar Abbas. Kontrbusi Abbas I dalam bidang politik pemerintahan adalah :
a.    Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari pusat
b.    Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak RajaTamh I.
c.    Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
d.    Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat.

2.  Tuliskan beberapa faktor penyebab kemunduran Dinasti Syafawi !
a.  Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antara kedua kerajaan.
b.  Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
c.   Pasukan Ghulam yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
d.  Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana
e.  Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash .Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
f.    Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, periode pramodern yang berakhir dengan Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama

3.  Siapakah pemimpin Dinasti Mughol yang mengeluakan kebijakan toleransi Universal dan sebutkan isi dari kebijakan Universal tersebut !

Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh anaknya, Akbar Khan. Gelarnya Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta berumur 15 tahun dan memerintah India selama 50 tahun (1556-1605 M).[18] Karena usianya masih muda, pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di periode pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan Syah melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di Agra pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu, berhasil menguasai kota itu dan Delhi. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh saudara seayah dengan Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur dan lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.
Namun, setelah Akbar berumur dewasa, ia dapat mengembalikan wilayah-wilayah yang pernah melepaslan diri, dan memperluas wilayah-wilayah baru secara gemilang. Strateginya, pertama, ia menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu memaksakan paham syi’ah. Kedua, melancarkan serangan kepada para penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga, memperkuat militer dan mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan militer. Keempat, membuat kebijakan shalahul (toleransi universal). Kebijakan ini memberikan hak persamaan kepada semua penduduk, mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis maupun agama. Bahkan, ia menawarkan konsep penyatuan agama-agama menjadi satu bentuk agama yang disebut din ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal menjadi sangat luas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan Kandahar, dikuasai.
Sistem pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat dipegang oleh raja. Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala komandan. Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan. Jabatan-jaatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer.[4]
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis. Kebijakan-kebijakannya dibuat untuk tetap menjaga persatuan di wilayahnya. Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal, yang memandang semua rakyat sama derajatnya.Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilaihi, yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan ajarannya, Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih dan memakan daging sapi.
Usaha lain Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga public service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan merupakan satu kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, afghan, Persia dan Hindu.
Isi dari kebijakan Universal diantaranya:
a.     Menghapus jizyah bagi non-muslim
b.     Memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat, yakni dengan mendirikan madrasah-madrasah dan memberi tanah-tanah wakaf bagi lembaga-lembaga sufi berupa iqtha atau madad ma’asyi
c.      Membentuk undang-undang perkawinan baru, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, stabilitas dan integrasi masyarakat muslim dan non-muslim
d.     Menghapus pajak-pajak pertanian terutama bagi petani-petani miskin sekalipun non-muslim
e.     Menghapus tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitanan anak-anak.







4.  Jelaskan latar belakang penetrasi Barat ke dunia Islam ! Bagaimana bentuk penetrasi Barat ke dunia Islam ? Bagaimana respon umat Islam terhadap penetrasi Barat dan dampaknya terhadap peradaban Islam !

Latar Belakang
Masa ini berawal pada abad 19 ketika Eropa mulai mendominasi dunia. Eropa terdorong oleh kebutuhan industry terhadap bahan baku dan pemasarannya, di samping kompetisi politik dan ekonomi satu sama lainnya . Negara-negara Eropa menegakkan kerajaan territorial dunia. Belanda menjajah Indonesia, Rusia menguasai Asia dalam, Inggris di Afrika dan India dan mengontrol sebagian Timur Tengah dan bagianAfrika Barat.[5]
Negara Islam dan masyarakatnya pada masa itu tidak lagi hidup dalam keadaan stabil dan tidak mapan lagi dalam system kebudayaan, sehingga keperluan mereka yang mendesak adalah bagaimana menggerakkan kekuatan agar bisa selamat dan terhindar dari dominasi Barat. Kerajaan Usmani harus megnadopsi metode-metode dan pola yang dikembangkan oleh Eropa. Orang-orang Arab tampak menolak kemajuan Barat, namun disisi lain dia harus menerima dan mengadopsi ide-ide serta tekhnik-tekhnik Eropa. Kecakapan baru yang didapatan digunakan untuk dikembangkan.

Sementara agama dan kebudayaan hokum Islam terus dipertahankan, pemikiran-pemikiran baru mulai bermunculan yang mencoba untuk menjelaskan sebab-sebab kekuatan Eropa dan mengusulkan negeri-negeri Islam agar dapat mengadopsi ide-ide Eropa tanpa kehilangan identitas dan kepercayaan diri. Ide-ide mereka yang dominan adalam melakukan reformasi terhadap hokum Islam, membentuk basis baru dari kerajaan Usmani, persamaan hak kewarganegaraan, dan di akhir abad ke 19 muncul nasionalisme. Namun yang menjadi masalah adalah ide-ide ini jarang tersentuh sampai kepada kehidupan rakyat di pedesaan dan padang pasir.

Pada abad ke 18 Eropa sudah memiliki kesadaran renaisans yang tinggi, sedangkan Turki Usmani sedang mengalami kemunduran kekuasaan dan kemerosotan moral dan korupsi yang melanda mereka pada paruh abad ke 18, yang mengakibatkan Negara-negara barat seperti Rusia, Austria, Prancis dan Inggris melirik daerah jajahan Usmani. Pada masa itu mereka di sebut sebagai the sick man of Erurope. Perang dunia pertama di akhiri dengan lenyapnya kerajaan Usmani dan ditandai dengan kemunculan Turki sebagai negeri yang independen.[6] Pengaruh dan kekuatan Eropa terus meluas setelah berakhirnya perang Napoleon. Pengadopsian teknik-teknik baru dalam manufacture dan pengorgansiasian industry memberikan dorongan akibat dari kebutuhan dan energy yang dilepaskan oleh peperangan tersebut. Secara tidak langsung kita juga telah mengakui bahwa sejak abad ke-18 dan 19 tidak ada model kesarjanaan yang mampu menandingi model pemikiran dan pengetahuan Barat., sampai hari ini kita belum melihat adanya kemungkinan model lain yang dirancang untuk secara sukses menandingi apa yang terjadi dalam tradisi akademik Barat.

Penyaluran ilmu pengatahuan Islam ke Eropa adalah melalui golongan muzarobus. Ketika Toledo jatuh ke tangan Kristen. Di Toledo terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam, ketika kota itu jatuh tahun 1085, orang-orang raja Al-Fonso VII dari Castillia belum tahu bahasa Arab dan tidak mampu mempergunakan segala segala peninggalan kaum muslimin. Maka penduduk asli Andalus, yang digelari muzarobus yang telah menjadi intelektual, guru, dokter, ahli kimia, ahli filsafat dan lain-lain yang pernah bekerjasama dengan ummat Islam sebelumnya, itulah yang kemudian ditugaskan untuk tetap menjalankan tugas-tugas itu namun harus mengganti agamanya dan menterjemahkannya ke dalam bahasa yang dipahami.[7]

Selain dari ilmu pengetahun, revolusi transportasi juga dilakukan dengan ditemukannya kapal uap dan kereta api. Sebelumnya, transportasi, terutama lewat darat sangat mahal, lambat dan penuh resiko. Sekarang menjadi cepat dan handal serta proporsi yang timbul dalam total harga barang menjadimkecil; sehingga memungkinkan untuk memindahkan barang-barang lux dalam jumlah yang besar ke pangsa pasar yang besar dan dalam jarak yang jauh. Arus komunikasi dapat bergerak dengan cepat sehingga memungkinkan pertumbuhan pasar uang internasional; bank-bank, pertukaran barang, dan amta uang poundsterling. Keuntungan perdagangan dapat diinvestasikan untuk menggerakkan aktivitas produksi yang baru. Dibelakang para pedagang dan pelayar berdiri kekuatan bersenjata dari Negara-negara Eropa.[8]

Dengan demikian Negara-negara Eropa secara umum mencampuri hubungan antara sultan dan rakyatnya yang Kristen. Tahun 1808 Serbia berontak melawan pemerintah lokal kerajaan Usmani, hasilnya dengan pertolongan Eropa, Negara otonomi Serbia berdiri tahun 1830. Di Jazirah Arab, pelabuhan Aden diduduki oInggris dan India pada tahun 1839, dan menjadi pelabuhan untuk rute ke India, pada tahun 1830 Perancis mendarat di Pantai Al-Jazair dan menjajahnya.[9]


Penetrasi Barat disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu :
1.      Faktor Internal
a.     Politik tiga kerajaan Islam mengalami kemunduran sejak abad ke-17.
b.    Ekonomi dunia Islam mengalami kemunduran akibat besarnya anggaran biaya  militer untuk mempertahankan wilayah kekuasan yang luas. Dunia Islam pun mulai kehilangan sumber pendapatan dari jalur perdagangan Tanjung Harapan dan para penguasa islam hidup berfoya-foya menyalahgunakan uang Negara.
c.    Pemikiran tradisional berkembang di dunia Islam. Umat Islam mulai menutup pintu ijtihad dan berorientasi dengan kehidupan akhirat dengan sikap taklid.
2.      Faktor Eksternal
a.   Dengan ditemukannya Tanjung Harapan dan Benua Amerika perkonomian Barat mengalami kemajuan yang sangat pesat namun sangat merugikan bagi dunia Islam. Negara Barat mengeksploitasi dan menguras kekayaan alam dan sumber daya manusia di daerah yang dikuasainya.
b.    Politik atau penguasaan wilayah akan memudahkan penguasa kolonial melakukan hubungan dagang dan monopoli. Stabilitas politik dalam negara jajahan diperlukan untuk memperlancar eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mempertahankan kepentingan ekonomi dari gangguan rekan koloni lainnya.
c.    Pemikiran rasional berkembang di Barat yang berasal dari dunia Islam terutama dari universitas-universitas yang ada di Spanyol dan Sicilia. Dengan metode berfikir yang rasional dan filosofis ini, Barat mampu mengembangkan sains dan teknologi sehingga menemukan berbagai penemuan, revolusi industri, dan penguasaan jalur dagang internasional.

Bentuk Penetrasi
Seperti kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan politik negara-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20. Motivasi politik yang mereka galakkan ialah melakukan politik pecah belah, yaitu penjajah dengan sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Kaum bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan jaminan jabatan dan keuntungan tertentu, sedang rakyat kecil diawasi agar tidak memberontak. Hal tersebut bertujuan untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan rakyat agar tidak ada kekuatan yang nantinya dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kaum penjajah.
 Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris atau zending. Di antara bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah Spanyol dan Portugis. Hal ini tercermin pada semboyan mereka dalam menjajah, yaitu Gold (semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel (semangat untuk menyebarkan agama Kristen di masyarakat yang terjajah.[10]
Imperealisme Barat telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap Peradaban umat Islam. Peradaban Islam berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya yang merusak semakin nampak, misalnya budaya minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya melanda kau terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak peradaban dan generasi Islam.[11]
Imperealisme Barat telah berdampak kepada hampir seluruh negara-negara Muslim. Negara-negara Islam yang pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negara-negara Islam di Timur Tengah, yang masih berada di bawah kekuasaan  kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masa berikutnya.[12]
Ekspansi Barat ke Timur Tengah di mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani telah melakukan perubahan-perubahan.



Respon Umat Islam
Adanya penetrasi Barat ke dunia islam yang berlangsung selama beberapa abad, tentunya mempunyai dampak tersendiri, khususnya pada bidang ekonomi dan politik. Namun tidak hanya dibidang ekonomi dan politik saja termasuk bidang Pendidikan dan budaya juga terkena dampaknya, dampak ini membuat melemahnya kesatuan umat islam karena banyak merugikan. Berikut dampak-dampak yang terjadi akibat penetrasi barat ke dunia islam:
a.      Dalam Bidang Politik
·      Penjajahan itu menyebabkan kehancuran politik bangsa yang dijajahnya.
·      Politik kapitalisme membuat bangsa yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk keuntungan tanpa menghiraukan penderitaan orang lain, rakyat kecil jadi tertindas.
b.      Dalam Bidang Ekonomi
·      Dengan berkembangnya sistem kapitalisme, kemiskinan akan terus bertambah. Kesengsaraan Umat Islam akan makin parah.
·      Sistem kapitalisme ini akan menimbulkan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia secara besar-besaran.
c.       Dalam Bidang Sosial Pendidikan
·      Penjajah senantiasa membuat jurang pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil, sehingga diantara mereka tidak ada persatuan.
·      Kaum agamis tidak diperbolehkan berpolitik. Penjajah khawatir jika ada orang-orang Islam menggerakkan organisasi untuk kemajuan umatnya. Rakyat kecil tidak diberi hak untuk sekolah, yang boleh sekolah hanya anak-anak pejabat saja.
d.      Dalam Bidang Budaya
·      Budaya yang disebarkan penjajah dapat merusak agama yang dimiliki bangsa yang dijajahnya; seperti minum arak, berjudi, pergaulan bebas dan budaya negatif lainnya yang disebarkan.
·      Pelajar jauh dari agama, mereka dijauhkan dari agama.
·       
5.    Jelaskan latar belakang berdirinya ormas-ormas Islam di Indonesia seperti Nadhlatul Ulama’, Muhammadiyah, Jam’iyatul Wasliah dan Al-Irsyad ! dan apa kontirbusi ormas-ormasi islam tersebut terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam pada masa itu !

a.         Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sebab jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jam’iyyah (organisasi), ia terlebih dahulu mewujud dalam bentuk jama’ah (community) yang terikat kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakter tersendiri.
Dalam Anggaran Dasar hasil Muktamarnya yang ketiga pada tahun 1928 M, secara tegas dinyatakan bahwa kehadiran NU bertujuan membentengi artikulasi fiqh empat madzhab di tanah air. Sebagaimana tercantum pada pasal 2 Qanun Asasi li Jam’iyat Nahdhatul al-Ulama (Anggaran Dasar NU), yaitu :
a.       Memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat (yaitu madzhabnya Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah an-Nu’man, dan Imam Ahmad bin Hanbal);
b.      Menyelenggarakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.

b.            Muhammadiyah (MD)
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi Islam modern yang berdiri di Yogyakarta pada 18 November 1912. Organisasi ini terbentuk karena masyarakat islam yang berpandangan maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi yang menampung aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat islam. Keberadaan tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena pendidikan serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui ibadah haji. Salah seorang tokoh tersebut ialah KH. Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan organisasi ini.
Muhammadiyah didirikan atas dasar agama dan bertujuan untuk melepaskan agama Islam dari adat kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama dalam Muhammadiyah secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:
a)        ‘Aqidah; untuk menegakkan aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam;
b)        Akhlaq; untuk menegakkan nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia;
c)        ‘Ibadah; untuk menegakkan ‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia;
d)        Mu’amalah dunyawiyat; untuk terlaksananya mu’amalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ‘ibadah kepada Allah SWT
c.             Jam’iyatul Wasliah
Dengan tumbuhnya kesadaran nasional seluruh lapisan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk merdeka , sebagai kelanjutan perjuangan parade Teuku Umar , Iman Bonjol , Sultan Hasanuddin , Diponogoro dan lainnya . Di Medan (daerah Kesawan) tanggal 19 Mei 1918 lahirlah MIT (Maktab Islamiyah Tapanuli) . Kepala Maktab ini adalah Syekh Haji Muhammad Yunus di bantu sejumlah ulama lainnya . Sekolah ini mendidik putra – putri bangsa , agar menjadi generasi yang sadar terhadap nasib bangsa .
Hasil didikan ulama ini muncullah generasi yang memiliki kesadaran terhadap nasib bangsa . Sepuluh tahun kemudian , aktivis MIT membentuk “ Debating Club “ (1928) dengan program utama masalah keagamaan , sosial kemasyarakatan dan nasib bangsa . Dari hasil diskusi berkelanjutan ini lahirlah ide untulk membangun suatu organisasi yang berkerja untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (pendidikan) , bimbingan (dakwah) dan membangun jaringan soldaritas (sosial) . Organisasi itu mereka beri nama Al – Jamiatul Al – Washliyah (1930) .
d.            Al-Irsyad
Lahirnya organisasi Al-Irsyad diprakarsai orang-orang Arab non-sayyid yang tidak puas dengan Jamiat Khair. Ketidakpuasan itu dilatar belakangi perbedaan pandangan tentang stratifikasi sosial dalam masyarakat Arab di Indonesia, diantaranya dalam permasalahan:
a.            Kafa’ah (kesetaraan dalam perkawinan)
Tidak diperbolehkan untuk menikahkan wanita sayyid dengan non-sayyid, walaupun ia menyetujuinya dan mengesampingkan hak kesejajarannya bahkan dengan persetujuan wali. Hak kesejajaran didasari harga diri.
b.            Taqbil (mencium tangan sayyid bila bersalaman)
Orang bukan sayyid diwajibkan mencium tangan kalangan Arab yang menyandang gelar sayyid.




[1] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h.138
[2] Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 170.
[3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam  (Jakarta: Azmah, 2009), h. 188.

[4] Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009),h.150
[5] Wajah Perdaban Barat, Andrian Husein, Gema Insani Press, Jakarta 2005, h. 42
[6]Histori Of The Arab, Philip K. Hitty, h. 965
[7]Sejarah Islam Klasik, Musyrifah Sunanto, Jakarta, 2007, cet. Ke-3, h.224
[8]Wajah Peradaban Barat, Andrian Husein, Jakarta, Gema Insani 2005, h. 50
[9] Ibid, h. 67
[10]Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h h. 350-352.
[11] Ibid., h. 352.
[12] Badri Yatim, op. cit., h. 175.
Nama             : Trisna Hargi Ramadianti                        Semester      : II
NIM                 : 11140110000069                                      Kelas             : B
Mata Kuliah  : Sejarah Peradaban Islam                       Tanggal        : 26 Juni 2015

1.  Jelaskan dengan akurat sejarah latar belakang berdirinya Dinasti Syafawi di Persia ! Siapa saja para pemimpin yang menonjol serta apa kontribusinya bagi perkembangan Islam di Persia pada masa itu ?

Mirip dengan asal usul Dinasti Murabithun dan Muwahhidun di Afrika Utara, kerajaan Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azarbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Utsmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, masih dipertahankan sampai gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.[1]
Safi Al-Din yang lahir pada 1252/ 650 M, enam tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, berasal dari keturunan yang memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan Imam Syi’ah yang ke 6, Musa Al Kazhim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al-Gilani. Kemudian Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Ia mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang ingkar, dan golongan yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah. Tarekat ini menjadi semakin penting setelah Safi Al-Din mengubah bentuk tarekat ini dari pengajian Tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia. Di luar negeri- negeri Ardabil Safi menempatkan seorang wakil yang memimpin murid- muridnya. Wakil itu diberi gelar Khalifah. Lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang yang bermadzab selain syi’ah.
Kecenderungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (Domba Hitam), salah satu bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik itu Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru itu ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak koyunlu (Domba Putih) yang juga merupakan suku bangsa Turki. Ia tinggal di Istana Uzu Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Perlu diketahui juga bahwa dua kerajaan Turki, yakni Kara Koyunlu yang berkuasa di bagian Timur beraliran syi’ah sedangkan Ak koyunlu yang berkuasa di bagian Barat beraliran Sunni.[2]
Selama dalam pengasingan Junaed tidak tinggal diam. Ia menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Junaed berusaha merebut Ardabil tetapi gagal. Tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.              
Ketika itu anak Juneid bernama Haidar masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi tahun 1470 M. Hubungan Haidar dan Uzun Hazan semakin dekat setelah Haidar mengawini putri Uzun Hasan. Dari perkawinan itu lahirlah Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia. Haidar membuat perlambangan baru dari pengikut tarekatnya, yaitu serban merah mempunyai 12 jambul, sebagai lambang dari 12 imam yang diagungkan dalam mazhab Syi’ah Istna Asyariah.
Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu, membuat gerakan Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh Ak Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal sebelumnya Safawi adalah sekutu Ak Koyunlu. Ak Koyunlu berusaha melenyapkan kekutan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Karena itu ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, Ak Koyunlu mengirim bantuan pada pasukan Sirwan, sehinga pasukan Haidar kalah dan Haidar terbunuh.
Ali, putra dan pengganti Haidar didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap Ak Koyunlu. Tetapi Ya’kub Pemimpin Ak Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan Ibunya di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota Ak Koyunlu dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Rustam dapat dikalahkan. Ali bersama saudaranya kembali ke Ardabil. Tetapi, tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh dalam serangan itu pada tahun 1494 M.
Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azarbaijan, Syiria, Anatolia. Pasukan yang dipersiapkannya itu dinamai Qizilbash (Baret Merah).
Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan Ak Koyunlu di Sharur, dekat Nackhcivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukan Tabriz, ibu kota Ak Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama di dinasti Safawi, yang kemudian disebut Ismail I.[3]

Tokoh-tokoh yang menonjol dan kontribusinya :
1.    Raja Ismail I (1501-1524) pada tahun 1522 M membawa seorang pelukistimur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizard.
2.    Tahmasp I (1524-1576). Pada masa ini mulai dirintis seni lukis, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid sha yang di bangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang di bangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian-pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan benda seni lainnya.
3.    Abbas I (1587-1629) selalu menang dalam peperangan melawan pasukan Turki Ustmani dan berhasil merebut wilayah kekuasaan Turki Ustmani seperti Tarbiz, Sirwan dan Bahgdad. Sedangkan Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M.Selanjutnya pada tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmus dan mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan bandar Abbas. Kontrbusi Abbas I dalam bidang politik pemerintahan adalah :
a.    Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan pengontrolan dari pusat
b.    Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak RajaTamh I.
c.    Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani.
d.    Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat.

2.  Tuliskan beberapa faktor penyebab kemunduran Dinasti Syafawi !
a.  Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antara kedua kerajaan.
b.  Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi.
c.   Pasukan Ghulam yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani.
d.  Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana
e.  Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash .Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
f.    Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, periode pramodern yang berakhir dengan Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama

3.  Siapakah pemimpin Dinasti Mughol yang mengeluakan kebijakan toleransi Universal dan sebutkan isi dari kebijakan Universal tersebut !

Kekuasaan Humayun dilanjutkan oleh anaknya, Akbar Khan. Gelarnya Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta berumur 15 tahun dan memerintah India selama 50 tahun (1556-1605 M).[18] Karena usianya masih muda, pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di periode pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan Syah melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di Agra pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu, berhasil menguasai kota itu dan Delhi. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh saudara seayah dengan Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur dan lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.
Namun, setelah Akbar berumur dewasa, ia dapat mengembalikan wilayah-wilayah yang pernah melepaslan diri, dan memperluas wilayah-wilayah baru secara gemilang. Strateginya, pertama, ia menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu memaksakan paham syi’ah. Kedua, melancarkan serangan kepada para penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga, memperkuat militer dan mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan militer. Keempat, membuat kebijakan shalahul (toleransi universal). Kebijakan ini memberikan hak persamaan kepada semua penduduk, mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis maupun agama. Bahkan, ia menawarkan konsep penyatuan agama-agama menjadi satu bentuk agama yang disebut din ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal menjadi sangat luas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan Kandahar, dikuasai.
Sistem pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat dipegang oleh raja. Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala komandan. Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan. Jabatan-jaatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer.[4]
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis. Kebijakan-kebijakannya dibuat untuk tetap menjaga persatuan di wilayahnya. Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal, yang memandang semua rakyat sama derajatnya.Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilaihi, yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan ajarannya, Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih dan memakan daging sapi.
Usaha lain Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga public service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan merupakan satu kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, afghan, Persia dan Hindu.
Isi dari kebijakan Universal diantaranya:
a.     Menghapus jizyah bagi non-muslim
b.     Memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat, yakni dengan mendirikan madrasah-madrasah dan memberi tanah-tanah wakaf bagi lembaga-lembaga sufi berupa iqtha atau madad ma’asyi
c.      Membentuk undang-undang perkawinan baru, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, stabilitas dan integrasi masyarakat muslim dan non-muslim
d.     Menghapus pajak-pajak pertanian terutama bagi petani-petani miskin sekalipun non-muslim
e.     Menghapus tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitanan anak-anak.







4.  Jelaskan latar belakang penetrasi Barat ke dunia Islam ! Bagaimana bentuk penetrasi Barat ke dunia Islam ? Bagaimana respon umat Islam terhadap penetrasi Barat dan dampaknya terhadap peradaban Islam !

Latar Belakang
Masa ini berawal pada abad 19 ketika Eropa mulai mendominasi dunia. Eropa terdorong oleh kebutuhan industry terhadap bahan baku dan pemasarannya, di samping kompetisi politik dan ekonomi satu sama lainnya . Negara-negara Eropa menegakkan kerajaan territorial dunia. Belanda menjajah Indonesia, Rusia menguasai Asia dalam, Inggris di Afrika dan India dan mengontrol sebagian Timur Tengah dan bagianAfrika Barat.[5]
Negara Islam dan masyarakatnya pada masa itu tidak lagi hidup dalam keadaan stabil dan tidak mapan lagi dalam system kebudayaan, sehingga keperluan mereka yang mendesak adalah bagaimana menggerakkan kekuatan agar bisa selamat dan terhindar dari dominasi Barat. Kerajaan Usmani harus megnadopsi metode-metode dan pola yang dikembangkan oleh Eropa. Orang-orang Arab tampak menolak kemajuan Barat, namun disisi lain dia harus menerima dan mengadopsi ide-ide serta tekhnik-tekhnik Eropa. Kecakapan baru yang didapatan digunakan untuk dikembangkan.

Sementara agama dan kebudayaan hokum Islam terus dipertahankan, pemikiran-pemikiran baru mulai bermunculan yang mencoba untuk menjelaskan sebab-sebab kekuatan Eropa dan mengusulkan negeri-negeri Islam agar dapat mengadopsi ide-ide Eropa tanpa kehilangan identitas dan kepercayaan diri. Ide-ide mereka yang dominan adalam melakukan reformasi terhadap hokum Islam, membentuk basis baru dari kerajaan Usmani, persamaan hak kewarganegaraan, dan di akhir abad ke 19 muncul nasionalisme. Namun yang menjadi masalah adalah ide-ide ini jarang tersentuh sampai kepada kehidupan rakyat di pedesaan dan padang pasir.

Pada abad ke 18 Eropa sudah memiliki kesadaran renaisans yang tinggi, sedangkan Turki Usmani sedang mengalami kemunduran kekuasaan dan kemerosotan moral dan korupsi yang melanda mereka pada paruh abad ke 18, yang mengakibatkan Negara-negara barat seperti Rusia, Austria, Prancis dan Inggris melirik daerah jajahan Usmani. Pada masa itu mereka di sebut sebagai the sick man of Erurope. Perang dunia pertama di akhiri dengan lenyapnya kerajaan Usmani dan ditandai dengan kemunculan Turki sebagai negeri yang independen.[6] Pengaruh dan kekuatan Eropa terus meluas setelah berakhirnya perang Napoleon. Pengadopsian teknik-teknik baru dalam manufacture dan pengorgansiasian industry memberikan dorongan akibat dari kebutuhan dan energy yang dilepaskan oleh peperangan tersebut. Secara tidak langsung kita juga telah mengakui bahwa sejak abad ke-18 dan 19 tidak ada model kesarjanaan yang mampu menandingi model pemikiran dan pengetahuan Barat., sampai hari ini kita belum melihat adanya kemungkinan model lain yang dirancang untuk secara sukses menandingi apa yang terjadi dalam tradisi akademik Barat.

Penyaluran ilmu pengatahuan Islam ke Eropa adalah melalui golongan muzarobus. Ketika Toledo jatuh ke tangan Kristen. Di Toledo terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam, ketika kota itu jatuh tahun 1085, orang-orang raja Al-Fonso VII dari Castillia belum tahu bahasa Arab dan tidak mampu mempergunakan segala segala peninggalan kaum muslimin. Maka penduduk asli Andalus, yang digelari muzarobus yang telah menjadi intelektual, guru, dokter, ahli kimia, ahli filsafat dan lain-lain yang pernah bekerjasama dengan ummat Islam sebelumnya, itulah yang kemudian ditugaskan untuk tetap menjalankan tugas-tugas itu namun harus mengganti agamanya dan menterjemahkannya ke dalam bahasa yang dipahami.[7]

Selain dari ilmu pengetahun, revolusi transportasi juga dilakukan dengan ditemukannya kapal uap dan kereta api. Sebelumnya, transportasi, terutama lewat darat sangat mahal, lambat dan penuh resiko. Sekarang menjadi cepat dan handal serta proporsi yang timbul dalam total harga barang menjadimkecil; sehingga memungkinkan untuk memindahkan barang-barang lux dalam jumlah yang besar ke pangsa pasar yang besar dan dalam jarak yang jauh. Arus komunikasi dapat bergerak dengan cepat sehingga memungkinkan pertumbuhan pasar uang internasional; bank-bank, pertukaran barang, dan amta uang poundsterling. Keuntungan perdagangan dapat diinvestasikan untuk menggerakkan aktivitas produksi yang baru. Dibelakang para pedagang dan pelayar berdiri kekuatan bersenjata dari Negara-negara Eropa.[8]

Dengan demikian Negara-negara Eropa secara umum mencampuri hubungan antara sultan dan rakyatnya yang Kristen. Tahun 1808 Serbia berontak melawan pemerintah lokal kerajaan Usmani, hasilnya dengan pertolongan Eropa, Negara otonomi Serbia berdiri tahun 1830. Di Jazirah Arab, pelabuhan Aden diduduki oInggris dan India pada tahun 1839, dan menjadi pelabuhan untuk rute ke India, pada tahun 1830 Perancis mendarat di Pantai Al-Jazair dan menjajahnya.[9]


Penetrasi Barat disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu :
1.      Faktor Internal
a.     Politik tiga kerajaan Islam mengalami kemunduran sejak abad ke-17.
b.    Ekonomi dunia Islam mengalami kemunduran akibat besarnya anggaran biaya  militer untuk mempertahankan wilayah kekuasan yang luas. Dunia Islam pun mulai kehilangan sumber pendapatan dari jalur perdagangan Tanjung Harapan dan para penguasa islam hidup berfoya-foya menyalahgunakan uang Negara.
c.    Pemikiran tradisional berkembang di dunia Islam. Umat Islam mulai menutup pintu ijtihad dan berorientasi dengan kehidupan akhirat dengan sikap taklid.
2.      Faktor Eksternal
a.   Dengan ditemukannya Tanjung Harapan dan Benua Amerika perkonomian Barat mengalami kemajuan yang sangat pesat namun sangat merugikan bagi dunia Islam. Negara Barat mengeksploitasi dan menguras kekayaan alam dan sumber daya manusia di daerah yang dikuasainya.
b.    Politik atau penguasaan wilayah akan memudahkan penguasa kolonial melakukan hubungan dagang dan monopoli. Stabilitas politik dalam negara jajahan diperlukan untuk memperlancar eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mempertahankan kepentingan ekonomi dari gangguan rekan koloni lainnya.
c.    Pemikiran rasional berkembang di Barat yang berasal dari dunia Islam terutama dari universitas-universitas yang ada di Spanyol dan Sicilia. Dengan metode berfikir yang rasional dan filosofis ini, Barat mampu mengembangkan sains dan teknologi sehingga menemukan berbagai penemuan, revolusi industri, dan penguasaan jalur dagang internasional.

Bentuk Penetrasi
Seperti kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan politik negara-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20. Motivasi politik yang mereka galakkan ialah melakukan politik pecah belah, yaitu penjajah dengan sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Kaum bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan jaminan jabatan dan keuntungan tertentu, sedang rakyat kecil diawasi agar tidak memberontak. Hal tersebut bertujuan untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan rakyat agar tidak ada kekuatan yang nantinya dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kaum penjajah.
 Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris atau zending. Di antara bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah Spanyol dan Portugis. Hal ini tercermin pada semboyan mereka dalam menjajah, yaitu Gold (semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel (semangat untuk menyebarkan agama Kristen di masyarakat yang terjajah.[10]
Imperealisme Barat telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap Peradaban umat Islam. Peradaban Islam berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya yang merusak semakin nampak, misalnya budaya minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya melanda kau terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak peradaban dan generasi Islam.[11]
Imperealisme Barat telah berdampak kepada hampir seluruh negara-negara Muslim. Negara-negara Islam yang pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negara-negara Islam di Timur Tengah, yang masih berada di bawah kekuasaan  kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masa berikutnya.[12]
Ekspansi Barat ke Timur Tengah di mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani telah melakukan perubahan-perubahan.



Respon Umat Islam
Adanya penetrasi Barat ke dunia islam yang berlangsung selama beberapa abad, tentunya mempunyai dampak tersendiri, khususnya pada bidang ekonomi dan politik. Namun tidak hanya dibidang ekonomi dan politik saja termasuk bidang Pendidikan dan budaya juga terkena dampaknya, dampak ini membuat melemahnya kesatuan umat islam karena banyak merugikan. Berikut dampak-dampak yang terjadi akibat penetrasi barat ke dunia islam:
a.      Dalam Bidang Politik
·      Penjajahan itu menyebabkan kehancuran politik bangsa yang dijajahnya.
·      Politik kapitalisme membuat bangsa yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk keuntungan tanpa menghiraukan penderitaan orang lain, rakyat kecil jadi tertindas.
b.      Dalam Bidang Ekonomi
·      Dengan berkembangnya sistem kapitalisme, kemiskinan akan terus bertambah. Kesengsaraan Umat Islam akan makin parah.
·      Sistem kapitalisme ini akan menimbulkan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia secara besar-besaran.
c.       Dalam Bidang Sosial Pendidikan
·      Penjajah senantiasa membuat jurang pemisah antara kaum bangsawan dengan rakyat kecil, sehingga diantara mereka tidak ada persatuan.
·      Kaum agamis tidak diperbolehkan berpolitik. Penjajah khawatir jika ada orang-orang Islam menggerakkan organisasi untuk kemajuan umatnya. Rakyat kecil tidak diberi hak untuk sekolah, yang boleh sekolah hanya anak-anak pejabat saja.
d.      Dalam Bidang Budaya
·      Budaya yang disebarkan penjajah dapat merusak agama yang dimiliki bangsa yang dijajahnya; seperti minum arak, berjudi, pergaulan bebas dan budaya negatif lainnya yang disebarkan.
·      Pelajar jauh dari agama, mereka dijauhkan dari agama.
·       
5.    Jelaskan latar belakang berdirinya ormas-ormas Islam di Indonesia seperti Nadhlatul Ulama’, Muhammadiyah, Jam’iyatul Wasliah dan Al-Irsyad ! dan apa kontirbusi ormas-ormasi islam tersebut terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam pada masa itu !

a.         Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sebab jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jam’iyyah (organisasi), ia terlebih dahulu mewujud dalam bentuk jama’ah (community) yang terikat kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakter tersendiri.
Dalam Anggaran Dasar hasil Muktamarnya yang ketiga pada tahun 1928 M, secara tegas dinyatakan bahwa kehadiran NU bertujuan membentengi artikulasi fiqh empat madzhab di tanah air. Sebagaimana tercantum pada pasal 2 Qanun Asasi li Jam’iyat Nahdhatul al-Ulama (Anggaran Dasar NU), yaitu :
a.       Memegang teguh pada salah satu dari madzhab empat (yaitu madzhabnya Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah an-Nu’man, dan Imam Ahmad bin Hanbal);
b.      Menyelenggarakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam.

b.            Muhammadiyah (MD)
Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi Islam modern yang berdiri di Yogyakarta pada 18 November 1912. Organisasi ini terbentuk karena masyarakat islam yang berpandangan maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi yang menampung aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat islam. Keberadaan tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena pendidikan serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui ibadah haji. Salah seorang tokoh tersebut ialah KH. Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan organisasi ini.
Muhammadiyah didirikan atas dasar agama dan bertujuan untuk melepaskan agama Islam dari adat kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama dalam Muhammadiyah secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:
a)        ‘Aqidah; untuk menegakkan aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam;
b)        Akhlaq; untuk menegakkan nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia;
c)        ‘Ibadah; untuk menegakkan ‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah S.A.W. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia;
d)        Mu’amalah dunyawiyat; untuk terlaksananya mu’amalah dunyawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ‘ibadah kepada Allah SWT
c.             Jam’iyatul Wasliah
Dengan tumbuhnya kesadaran nasional seluruh lapisan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk merdeka , sebagai kelanjutan perjuangan parade Teuku Umar , Iman Bonjol , Sultan Hasanuddin , Diponogoro dan lainnya . Di Medan (daerah Kesawan) tanggal 19 Mei 1918 lahirlah MIT (Maktab Islamiyah Tapanuli) . Kepala Maktab ini adalah Syekh Haji Muhammad Yunus di bantu sejumlah ulama lainnya . Sekolah ini mendidik putra – putri bangsa , agar menjadi generasi yang sadar terhadap nasib bangsa .
Hasil didikan ulama ini muncullah generasi yang memiliki kesadaran terhadap nasib bangsa . Sepuluh tahun kemudian , aktivis MIT membentuk “ Debating Club “ (1928) dengan program utama masalah keagamaan , sosial kemasyarakatan dan nasib bangsa . Dari hasil diskusi berkelanjutan ini lahirlah ide untulk membangun suatu organisasi yang berkerja untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (pendidikan) , bimbingan (dakwah) dan membangun jaringan soldaritas (sosial) . Organisasi itu mereka beri nama Al – Jamiatul Al – Washliyah (1930) .
d.            Al-Irsyad
Lahirnya organisasi Al-Irsyad diprakarsai orang-orang Arab non-sayyid yang tidak puas dengan Jamiat Khair. Ketidakpuasan itu dilatar belakangi perbedaan pandangan tentang stratifikasi sosial dalam masyarakat Arab di Indonesia, diantaranya dalam permasalahan:
a.            Kafa’ah (kesetaraan dalam perkawinan)
Tidak diperbolehkan untuk menikahkan wanita sayyid dengan non-sayyid, walaupun ia menyetujuinya dan mengesampingkan hak kesejajarannya bahkan dengan persetujuan wali. Hak kesejajaran didasari harga diri.
b.            Taqbil (mencium tangan sayyid bila bersalaman)
Orang bukan sayyid diwajibkan mencium tangan kalangan Arab yang menyandang gelar sayyid.




[1] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h.138
[2] Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 170.
[3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam  (Jakarta: Azmah, 2009), h. 188.

[4] Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009),h.150
[5] Wajah Perdaban Barat, Andrian Husein, Gema Insani Press, Jakarta 2005, h. 42
[6]Histori Of The Arab, Philip K. Hitty, h. 965
[7]Sejarah Islam Klasik, Musyrifah Sunanto, Jakarta, 2007, cet. Ke-3, h.224
[8]Wajah Peradaban Barat, Andrian Husein, Jakarta, Gema Insani 2005, h. 50
[9] Ibid, h. 67
[10]Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)h h. 350-352.
[11] Ibid., h. 352.
[12] Badri Yatim, op. cit., h. 175.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar