Sabtu, 18 Maret 2017

MAKALAH PRINSIP- PRINSIP PEMBELAJARN

MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Disajikan Pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran







oleh:
 Trisna Hargi Ramadianti                     11140110000069       
 Teguh Iswanto                         11140110000044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2015


PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN[1]
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih, atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif tetap bukan hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut semua aspek kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perencanaan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.Namun teori belajar ini tidaklah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang seperti: lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa.
Belajar sebenarnya telah dimulai sejak Nabi Adam, sebagaimana yang telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 31-33.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran?
2.      Macam-macam prinsip-prinsip yang ada dalam pembelajaran?
3.      Bagaimana pandangan belajar dan pembelajaran dari berbagai aliran?



PEMBAHASAN

A.  Pengertian Belajar
            Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri[2]
            Para ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan, sehingga terdapat keragaman tentang makna belajar, diantaranya:
a.       Skinner, berpendapat yang dimaksud belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun.[3]
b.      Gagne, merumuskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.[4]
c.       Henry Clay Lingren dan Newtin Sutert mendefinisikan dengan perubahan yang relatif permanen dalam bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
d.      Biggs mendefiniskan belajr dengan tiga macam rumusan yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif.

Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan peserta didik atas materi-materi yang telah ia pelajari. Kemudian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan akan datang.[5]
Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar pada hakekatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar, walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.[6]
B.  Pengertian Pembelajaran
            Akhir-akhir ini muncul istilah baru yaitu pembelajaran. Terdapat perbedaan pengertian antara pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran berpusat pada guru, sedangkan pembelajaran berpusat pada siswa.
Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran:
a.       Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan meupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.[7]
b.      Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.[8]
Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material pasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga labolatorium. Materil meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi jadwal, dan metose penyampaian informasi, praktek, balajar, ujian dan sebagainya.[9]
Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran Oemar Hamalik mengemukakan tiga rumusan yang dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan terdahulu yaitu[10]:
1.      Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
2.      Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
3.      Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Proses pembelajaran dalam pendidikan Islam sebenarnya sama dengan proses pembelajaran pada umumnya, namun yang membedakan bahwa dalam pendididikan Islam proses maupun hasil belajar selalu inhern, dengan keislaman.Keislaman melandasi aktivitas belajar, menafsirkan perubahan yang terjadi serta menjiwai aktifitas berikutnya.[11]
Keseluruhan proses pembelajaran berpegang pada prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah serta terbuka untuk unsur-unsur luar secara adaptif yang ditilik dari persepsi keislaman.[12] Perubahan pada ketiga domain yang dikehendaki Islam adalah perubahan yang dapat menjembatani individu dengan masyarakat dan dengan Khalik (habl min Allah wa habl min al-Nas) tujuan akhir berupa pembentukan orientasi hidup secara menyeluruh sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu mengabdi kepada Tuhan (ubudiyah) dan konsisten dengan kekhalifahannya (khalifah Allah fi al-Ardh).
C.  Prinsip-Prinsip Pembelajaran[13]
Pembelajaran merupakan suatu aktivitas (proses) yang sistematis dan sistematik yang terdiri atas komponen.Masing-masing komponen tidak bersifat parsial (terpisah), tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, konplementer dan berkelanjutan.Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan pada asas-asas pembelajaran.Prinsip-prinsip pembelajaran ini muncul dari penemuan para ahli psikologi kemudian diaplikasikan dalam bidang pendidikan sehingga lahirlah prinsip-prinsip pembelajaran.
1.      Aktivitas
Belajar yang berhasil mestilah memlalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Seluruh perasaan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, sekaligus mengikuti proses pembelajaran secara aktif. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya dia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya. Karena itu keduanya merupakan satu kesatuan, dua keeping satu mata uang. Menurut J. Piaget, “seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat anak tak berpikir” agar ia berpikir sendiri (aktif), ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Disini berlaku prinsip “learning by doing, learning by doing experience”. Menurut prinsip ini seorang guru hanya menyajikan bahan pelajaran, peserta didiklah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, bakat dan latar belakangnya. “you can lead a horse to water but you canot make him drink”.
Keaktifan itu ada dua macam, yaitu keaktifan rohani dan keaktifan jasmani atau keaktifan jiwa dan keaktifan raga. Dalam kenyataan kedua hal itu bekerjanya tidak dapat dipisahkan. Misalnya orang yang sedang berpikir. Berpikir adalah keaktifan jiwa tetapi itu tidak berarti bahwa dalam keaktifan berpikir raganya pasif sama sekali. Paling sedikitnya bagian raga yang diperlukan selalu untuk berpikir taitu otak tentu juga tentu juga seperti urat saraf dan lain-lain.
Proses keaktifan yang telah diuraikan di atas perlu mendapat perhatian dari guru. Keaktifan jasmani dan rohani yang dapat dilakukan disekolah menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul B. Diedrich meliputi:
1)      Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan dan sebagainya.
2)      Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, interview, diskusi, dan sebagainya.
3)      Listening activities, seperti mendengarkan uraian percakapan, diskusi, music, pidato, ceramah, dan sebagainya.
4)      Writing activities, seperti menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin, dan sebagainya.
5)      Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, patron, dan sebagainya.
6)      Motor activities, seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, dan mengambil keputusan, dan sebagainya.
7)      Emotional activitie, seperti menaruh minat gembira, berani, tenang, gugup, kagum, dan sebagainya.
Dalam pendidikan Agama asas aktivitas dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a.       Pada pengajaran akhlak dapat dilaksanakan latihan untuk mengadakan pertolongan bersama untuk korban bencana dan kecelakaan seperti; banjir, angin topan, gunung meletus, kelaparan dan sebagainya; caranya dapat dilakukan dengan mengadakan pengumpulan uang, beras, botol kosong, Koran bekas, dan sebagainya. Memberikan uang atau barang sebagai derma untuk keperluan sesuatu merupakan persiapan yang sangat penting untuk pelaksanaan rukun Islam yang ke-4 yaitu “zakat” dimana orang harus melepaskan sebagian kecil dari miliknya dengan ikhlas.
b.      Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membangkitkan keaktifan anak-anak untuk berpikir sendiri, antara lain mengenai hal-hal yang halal dan haram, yang wajib dan yang sunat, yang baik dan yang buruk, perbuatan-perbuatan yang luhur dan yang tercela dan sebagainya.
c.       Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengutamakan pengalaman-pengalamannya waktu bulan puasa, lebaran dan sebagainya.
2.      Motivasi
Seorang pengajar harus dapat menimbulkan motivasi anak. Motivasi ini sebenarnya banyak dipergunakan dalam berbagai bidang dan situasi, tapi di dalam uraian ini diarahkan pada bidang pendidikan, kuhususnya pada proses bidang pembelajaran. Menurut Crider, motivasi adalah “sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek”.
            W.H. Burton dalam buku “The Guidance of Learning Activity” membedakan dua jenis motivasi yaitu : (1) Instrinsic Motivation, dan (2) Extrinsic Motivation.
            Yang dimaksud dengan instrintic motivation adalah suatu cita-cita atau daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorong seseorang untuk berbuat dan melakukan sesuatu, sedangkan extrinsic motivation ialah segala suatu yang dating dari luar yang menjadi cemeti bagi murid-murid agar berbuat lebih giat. Ke dalam motivasi extrinsic termasuk juga : ijazah, nilai yang tinggi, hadiah, ganjaran, penghargaan dan lain-lain.
            Sebagai proses, motivasi mempunyai fungi antara lain :
a.       Member semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat belajar dan bekerja
b.      Memusatkan perhatian anak-anak pada tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian hasil belajar.
c.       Membantu memenuhi kebutuhan hasil jangka panjang dan hasil jangka pendek.
Usman Najati menyebutkan tiga macam bentuk motivasi seperti termaktub dalam Al- Quran, yakni (1) janji (antara lain Al- Baqarah 81-82), (2) ancaman (antara lain Yusuf 111), (3) pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting (antara lain At-Taubah 25-26).
3.      Individualitas
Salah satu keunikan ciptaan Allah adalah bahwa setiap individu sebagai manusia merupakan orang-orang yang memiliki pribadi/jiwa sendiri. Tidak ada dua manusia yang sama persis, sekalipun kembaran. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya.
Azas individualitas ini hendaknya menjadi perhatian pendidik. Setiap guru yang menyelenggarakan pembelajaran hendaknya selalu memperhatikan dan memahami serta berupaya menyesuaikan bahan pelajaran dengan keadaan peserta didiknya, baik menyangkut perbedaan segi usia, bakat, kemampuan, intelegensi, perbedaan fisik, watak dan sebagainya.
Individu adalah manusia, seorang yang memiliki pribadi jiwa sendiri. Kehalusan jiwa itu menyebabkan individu memiliki karakteristik sendiri dalam kedudukannya di tengah-tengah komunitas, masing-masing memiliki individual difference (al-farq fardiyah).
Adanya perbedaan individual menunjukan pula adanya perbedaan kondisi belajar setiap orang, agar setiap individu dapat berkembang optimal dalam proses belajar diperlukan orientasi yang paralel dengan kondisi yang dimilikinya, dituntut penghargaan guru dalam individualitas.
Untuk memenuhi prinsip perbedaan individu ada dua macam pendekatan yaitu: pendekatan pertama menitik beratkan kepada pengajaran individual untuk memenuhi kebutuhan individu dan belajar kelompok hanya menjadi pelengkap sosialisasi. Sebaliknya pendekatan kedua berusaha memenuhi perbedaan individu dengan mengorganisir kegiatan-kegiatan belajar yang perlu bagi murid dalam hubungannya dengan kegiatan kelompok.
Untuk menyesuaikan materi ajar dengan perbedaan individu-individu diperlukan usaha-usaha sebagai berikut.

a.       Individualized assignment
Merencanakan tugas-tugas perorangan sesuai dengan kebutuhan murid yang bersangkutan.
b.      Pengajaran unit atau proyek
Anak-anak secara bersama-sama membuat suatu proyek, dan dalam proyek itu anak-anak dapat bekerja sendiri sesuai dengan minatnya.
c.       Dengan teknik bertanya
Pertanyaan yang sukar diberikan kepada murid yang pandai dan pertanyaan yang mudah diberikan kepada murid yang kurang pandai.
d.      Remedial work
Memperbaiki kesalahan dan mencarikan jalan keluar atas kesulitan yang dirasakan oleh murid-murid secara individual. Untuk mengetahui kesulitan murid-murid dilakukan “Diagnostic test
e.       Homogeneous grouping
Mengelompokan murid atas kemampuan dan memberikan tugas sesuai dengabn pengelompokannya.
f.       Pemberian tugas di luar sekolah
Anak-anak yang kurang pandai diberi tugas berupa latihan sedang anak yang pandai diberi tugas tambahan.

4.      Keperagaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca indera yang bertujuan untuk mencapai pengertian pemahaman sesuatu hal secara lebih tepat dan menggunakan alat-alat indera. Alat indera merupakan pintu gerbang pengetahuan. Untuk memiliki sesuatu kesan yang terang dalam peragaan, maka murid haru mengamati bendanya tidak terbatas pada luarnya saja, tapi harus dalam segala macam seginya, dianalisis, disusun, dikomparasikan, sehingga murid dapat memperoleh gambaran yang lengkap.
Alat peraga dalam pembelajaran dibekan menjadi dua:
a.       Alat peraga langsung, yang dimaksud dengan alat peraga langsung adalah melihatkan benda aslinya, seperti bila kita mengajarkan tentang kucing , maka sebagai akat peraga langsung ialah kucing itu sendiri yang diperlihatkan kepada murid.
b.      Alat peraga tidak langsung,
1.      Model, apabila kita tidak mungkin membawa benda yang sebenarnya ke sekolah maka guru dapat membuat model dari benda itu, umpanya; guru mengajarkan tentang lalu lintas dalam suatu kota, sebagai alat peraga guru dapat membuat maket dari kota tersebut.
2.      Gambar, gambar ini dapat pula dibedakan lagi atas
-          Gambar mati seperti gambar biasa
-          Gambar yang diperoyeksikan seperti: slide, apaq     ue, OHP, In Focus, film strip, video cassette,VCD, dan sebagainya.
Keuntungan yang diperoleh dari keperagaan adalah sebagai berikut:
1)      Menghemat waktu dalam belajar
2)      Menambha kemantapan sesuatu yang telah dipelajari oleh murid-murid
3)      Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan penuh kegembiraan
4)      Mengkongkritkan yang bersifat abstrak
5.      Ketauladanan
Sejak pase-pase awal kehidupan manusia banyak sekali belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orangdisekitarnya, khususnya dari orang tuanya. Al-Quran telah memberikan contoh bagaimana manusia belajar lewat meniru. Kisah tentang Qabil yang dapat mengetahui bagaimana menguburkan mayat saudaranya Habil yang telah dibunuhnya, diajarkan oleh Allah melalui peniruaan seekor gagak yang menggali-gali tanah guna menguburkan bangkai seekor gagak yang lain.
Kecendrungan manusia untuk meniru atau belajar lewat peniruan menyebabkan ketauladanan menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran. Rasulullah adalah suri tauladan yang baik bagi umat islam.
Ketauladanan dalam pendidikan adalah metode influitif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan social anak. Hal ini adalah karena pendidik merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata santunnya, disadari atau tidak bahkan terpatri dalam jiwa dan perasaannya gambaran seorang pendidik.
Menurut Edi Suardi ketauladanan itu ada dua macam yaitu:
1)      Sengaja berbuat secara sadar untuk ditiru oleh di terdidik
2)      Berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan kita tanamkan pada peserta didik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi peserta didik.
Ulwan mengatakan bahwa masalah keteladanan menjadi factor penting dalam hal baik buruknya anak, jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama, maka anak akan tumbuh menjadi orang yang jujur, berakhlak mulia, berani dalam sikap, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan yang diajarkan oleh agama. Dan jika pendidik pembohong, berkhianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina, bagaimanapun suci dan beningnya fitrah anak dan bagaimanapun besarnya usaha dan sarana yang dipersiapkan untuk pendidikan anak, anak tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan kepribadian utama selam ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan, dan mempunyai nilai-nilai moral yang tinggi.
Oleh karena itu, adanya pengaruh yang begitu besar, dari keteladanan harus kita manfaatkan untutk pendidikan agama. Dengan keteladanan serta menampilkan pribadi yang baik secara wajar tanpa dibuat-buat atau memaksakan diri sedemikian rupa, wajah yang cerah hidup yang wajar dan pribadi yang luhur akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap anak didik, sehingga inti kewibawaan yang sangat pribadi dalam pendidikan akan datang dengan sendirinya.
6.      Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan kepribadian anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalkah satu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi/
            Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak kita lihat orang yang berbuat dan bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata-mata. Tanpa itu hidup kita akan berjalan lambat sekali; sebab sebelum melakukan sesuatu kita harus memikirkan terleboh dahulu apa yang akan dilakukan.
Hal ini dibenarkan oleh Mahmud Yunus sebagaimana katanya: “sebenarnya manusia hidup di dunia ini menurut kebiasaan (adat) penghidupan menurut adatnya, makan menurut adatnya, bahkan ia bahagia dan celaka menurut adatnya, jujur atau khianatnya menurut adatnya begitulah seterusnya. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan akan sulit mengubahnya”.
            Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin Rasulullah memerintahkan kepada para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, tatkala berumur tujuh tahun.
            Sabda Rasulullah SAW
Artinya:
            “Suruhlah anak-anakmu menegerjakan shalat, ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan mengerjakan kalau mereka sudah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan antara mereka ketika mereka tidur”. (H.R. Muslim)


7.      Korelasi
Asas korelasi adalah asa yang menghendaki agar materi pembelajaran antara satu mata pelajaran engan mata pelajaran lainnya disajikan secara terkait dan integral.
            Adapun prinsip korelasi ini bertitik tolak dan teori Getal yang menyatakan bahwa “keseluruhan itu lebih memiliki makna daripada bagian-bagian”. Dan jumlah bagian-bagian itu baru ada arti dan maknanya jika dihubunbgkan dalam satu kesatuan dan terpadu. Atas dasar inilah kemudian disusun suatu organisasi kurikulum yaitu Correlated Curriculum dalam pengajaran, yakni suatu kurikulum yang berorientasi untuk mengkorelasikan dan menghubungkan berbagai mata pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya yaitu melalui:
1.      Cara Korelasi Okasional
Cara okasional artinya dilakukan dengan jalan sewaktu-waktu guru menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya (misalnya pelajaran bahasa Arab dengan pelajaran Tafsir)
2.      Cara Korelasi Total
Adalah penggabungan tersebut dilakukan antara mata pelajaran agama dengan mata pelajaran umum menjadi sayu-kesatuan cara ini dilakukan karena rencana pelajaran disusun atas dasar organisasi kurikulum Integrated Curiculum dalam hal ini hanya dapat dilakukan pada pengajaran proyek, yang dilaksanakan secara terprogram dan terencana. Namun dalam batas-batas tertentu dapat saja dilaksanakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Azas korelasi ini hendaknya diupayakan dalam setiap situasi pembelajaran. Adanya azas korelasi dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat
a.       Pelajaran disajikan dalam satu kesatuan yang utuh atau integral dalam bagian-bagian yang terpisah
b.      Pengetahuan dan pengertian anak tentang agama menjadi integral, karena pelajaran selalu di hubungkan dengan pelajaran umum dan keadaan lingkungan anak didik.
c.       Dapat membimbing kepada pembentukan kepribadian yang sempurna dan kaffah. Bukan kepribadian yang pecah.
8.      Azas Minat dan Perhatian
Setiap individu mempunyai kecendrungan fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan pada dirinya, kemungkinan Ia akan berminat terhadap sesuatu itu. Menurut Crow dan Crow minat itu diartikan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, atau kepada aktivitas-aktivitas tertentu.
Selanjutnya Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan utnuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.
Perhatian salah satu factor psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran. Kondisi psikologi itu dapat terbentuk melalui dua hal: pertama, yang timbul secara instrinsik dan yang kedua melalui bahan pelajaran (content). Peranan perhatian dalam proses belajar diungkapkan dalam Al-Quran antara lain: Al’Araf 204, Ibrahim 24-25.
Azas perhatian ini dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (1) perhatian spontan, (2) perhatian karena didorong atau perhatian yang diusahakan. Pada perhatian spontan biasanya timbul karena kesadaran pribadi dan bukan paksaan, sehingga perhatian spontan ini sifatnya tahan lama dan sulit untuk dilupakan. Kemudian pada perhatian karena didorong atau diusahakan timbul karena adanya suatu dorongan tertentu atau karena diciptakan, perhatian yang sifatnya didorong atau diusahakan ini sangat penting sekali dalam pelaksanaan pembelajaraan, karena banyak anak mengikuti pengajaran yang diberikan di sekolah pad umumnya kurang serius.
Miaslnya guru membuat perhatian anak didik tertuju atau terpusat pada pelajaran yang disampaikan, jadi disini dapat kita lihat bahwa perhatian pesrta didik terpusat karena adanya usaha oleh guru, walaupun sifat perhatian tersebut kurang serius.

D.  Teori-teori Belajar[14]
1.      Teori belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.Teori ini memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental.Sehingga dengan kata lain behavioristik tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaaan individu dalam suatu belajar.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.Sedangkan apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati.Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.







a.       Edward Lee Thorndike (Teori Koneksionisme)
Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah dipaparkan dan diletakan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh.Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah.Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil.Setiap respon menimbulkan stimulus baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respon lagi, demikian selanjutnya.
Oeh karena itu, teori yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi yang aman teori ini sudah diterapkan dalam proses pembelajaran.
Berkaitan dengan teori belajar yang dikemukakannya kemudian Thorndike mengajukan tiga kelompok hukum atau prinsip-prinsip yangf memberikan keterangan tentang proses belajar, yakni tiga macam hukum primer dan lima macam hukum subsider.
Tiga macam hukum primer yang dimaksud adalah hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum efek. Sedangkan lima macam hukum subsider adalah berupa prinsip-prinsip terjadinya respon ganda, prinsip kesiapan mental, prinsip aktivitas bagian, prinsip analogi atau asimilasi dan prinsip penukan asosiasi. Isi pokok dari masing-masing hukum atau prinsip tersebut dikemukakan berturut-turut sebagai berikut:
a)    Hukum Kesiapan (low of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasaan individu secara asosiasi cenderung diperkuat.
b)   Hukum Latihan (law of exercise), semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
c)    Hukum Akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.[15]
Dari bebebrapa hukum diatas dapat disimpulkan bahwa teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan pancaindra dengan kecenderungan bertindak.Torndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa diperantai pengartian.Binatang melakukan respon-respon langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis.
b.      Ivan Petrovich Pavlov (Teori Classical Conditioning)

Dalam pemikiran Pavlov yang dikutip dalam buku Muhibbin berasumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Classical Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing.Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar.Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka keluarlah air liur anjing tersebut.Ini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan.Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula.Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketikadengan hanya memperlihatkan si merah saja tanpa makanan air liurpun akan keluar pula.Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan.Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang , rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liar pada anjing tersebut.Peristiwa ini disebut: Refleks Bersyarat atau Conditioned Response.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

c.       Burhus Frederic Skinner (Teori Operant Conditioning)
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku.Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant condotioning.Dimana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar.Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel dari pada conditioning klasik.
Dalam laboratorium Skinner memasukan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar.Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.Maksudnya adalah  pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku atau penghargaan.Bnetuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberi tugas tambahan atau menunjukan perilaku tidak senang.

d.      Robert Gagne (Teori Condition of Learning)
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa conditioning of learning.Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.Keterampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki keterampilan intelektual.
Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan.Belajar dimulai dari hal yang sederhana dilanjutkan pada yang lebih kompleks (belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah).Praktiknya gaya belajar mengacu pada asosiasi stimulus respon.
e.       Albert Bandura (Teori Belajar Sosial)
Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mondare Alberta berkebangsaan kanada.Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial dan kognitif sosial serta efikasi diri.Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa diseitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajat observasi adalah:
a)    Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
b)   Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
c)    Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
d)   Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Selain itu, juga harusdiperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)    Tingkat belajar tertinggi dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal atau mengulangi perilakusecara simbolik kemudian melakukannya.
b)   Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
c)    Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunya nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motivasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif.Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan menyimpang psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku.Teori Bandura menjadi dasar perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara masal.
2.      Teori belajar Kognitif
Beberapa ahli yang berasa belum puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-respon-reinforcement.Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement.Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenai atau memikirkan seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight  untuk pemecahan masalah.
Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang bergantung pada insight tehadap hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi.Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya.Mereka memberi tekanan kepada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.
Menurut teori ini, suatu informasi yang berasal dari lingkungan pembelajar, pada awalnya diterima oleh reseptor.Reseptor-reseptor tersebut memberikan simbol-simbol informasi yang ia terima dan kemudian diteruskan ke registor pengindraan yang terdapat pada saraf pusat.Dengan demikian, informasi-informasi yang diterima oleh registor pengindraan telah mengalami transformasi.
                       

Prinsip-prinsip belajar teori kognitif:
a.       Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertunjukan kepada siswa adalah kondisi belajar yang penting.
b.      Organisasi pengetahuan harus merupakan sesuatu mendasar bagi guru atau perencana pendidikan.
c.       Belajar dengan pemahaman (understanding) adalah lebih permanen (menetap) dan lebih memungkinkan untuk ditransferkan, dibandingkandengan rate learning atau belajar dengan formula.
d.      Umpan balik kognitif mempertunjukan pengetahuan yang benar dan tepat dan mengoreksi kesalahan belajar.
e.       Penetapan tujuan (goal setting) penting sebagai motivasi belajar.

a.       Kurt Lewin (Teori Cognitive Field)
Kurt Lewin mengembangkan suatu teori belajar cognitive field  dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial.Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam sautu medan kekuatan, yang bersifat psikologis.Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut life space.
b.      Piaget (Teori Komprehensif)
Dalam teorinya Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.Piaget adalah seorang psikolog developmental karena penelitiannya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.Dia adalah seorang psikolog suatu teori komprehensif tentang perkembangan inteligensi atau proses berfikir.
Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equlibrium-equilibrium.Bila individu depat menjaga adanya equilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.Jadi secara singkatsapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu structure, content, dan function.Anak yang sedang mengalami perkembangan struktur dan content intelektualnya berubah/berkembang.Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologi yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
c.       Jerome Bruner (Teori Discovery Learning)
Yang menjadi dasar ide J.Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas.Untuk itu Bruner memkai cara dengan apa yang disebut discovery learning, yaitu murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, dimana guru menerangkan informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/informasi itu.
Jadi, dari hal tersebut kurikulum dari suatu mata pelajaran harus ditentukan oleh pengertian yang sangat fundamental bahwa hal itu dapat dicapai berdasarkan prinsip-prinsip yang memberikan struktur dari mata pelajaran itu, murid harus mempelajari prinsip-prinsip itu sehingga terbentuklah suatu disiplin, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep bahasa yang dimengerti mereka

3.      Teori belajar Humanistik
Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Menurut para pendidik aliran humanistik penyususnan dan penyajian meteri pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.






a.    Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu.Apabila kitaingin mengubah perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari orang lain.
Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti, bahwa siwa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki guru itu.Apabila guru itu memberikan aktifitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif.

b.   Maslov
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal:
1.    Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
2.    Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslov yang dikutip dalam buku Wasty Soemanto ini mempunya implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak.Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

c.    Carl Rogers
Salah seorang tokoh psikologi humanistik adalah Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi.Ia mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas.Tidak itu saja, siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang ia ambil atau pilih.
Dalam belajar demikian, anak tidak dicetak menjadi orang lainmelainkan dibiarkan dan dipupuk untuk menjadi dirinya sendiri.Ia tidak direkayasa agar terikat kepada orang lain, bergantung kepada pihak laindan memnuhi harapan orang lain.Ia dibiarkan agar tetap bisa menjadi arsitek dirinya sendiri.



















KESIMPULAN

Dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang sudah dijabarkan satu persatu oleh penulis maka seandainya para guru menjalankan prinsip itu dengan benar akan menjadikan proses pembelajaran dengan maksimal. Karena pada realita yang ada banyak para guru saat mengajar tidak menggunakan prinsip pembelajaran yang sudah ada. Itulah yang menyebabkan tidak maksimalnya proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dari kedelapan prinsip yang sudah disebutkan yaitu; aktivitas, motivasi, individualitas, keperagaan, ketauladanan, korelasi, pembiasaan, dan azas minat dan perhatian. Guru bisa menjadi guru yang profesional jika menjalankan semua prinsip yang sudah dijelaskan satu persatu.


DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta:Kalam Mulia, 2005. Cet ke-4
Praiwa .Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006
Wahab. Rohmalina, Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016




[1] Disusun oleh kelompok II
Trisna Hargi Ramadianti                    11140110000069       
Teguh Iswanto                                   11140110000044

[2] Bisri Mustofa, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:Parama Ilmu,2015), Hal.127
[3] Skinner dalam Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:tp,1994), Hal.8
[4] Gagne dalam ibid
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003), cet.ke-1, Hal.67-68
[6] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta,2002), Hal.15
[7] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:Alfabexta,2005), Hal.61
[8] Corey dalam Ibid
[9] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara,2003), Hal.61
[10] Ibid ,Hal.61-65
[11] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia,2005), Cet ke-4, Hal.345
[12] Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Menytal, (Kajang:Pustaka Huda,1983), Hal.337
[13] Ramayulis, filsafat pendidikan islam,(Jakarta: kalam mulia, 2015), hal .346-362
[14] Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hal 36-59
[15] Purwa Atmaja Praiwa, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 267

Tidak ada komentar:

Posting Komentar