Senin, 20 Maret 2017

PERENCANAAN PEMBELAJARAN_KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Makalah Ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Perencanaan Pembelajaran
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Tanenji, MA.




 Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ahmad Fairuz                                     11140110000094
Rohmah Hidayanti Ningrum              11140110000073


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016

Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran[1]
A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Guru merupakan salah satu pihak dalam dunia pendidikan yang memegang peran penting untuk mengarahkan siswa agar berhasil dalam kegiatan proses belajarnya. Guru juga sebagai salah satu unsur penentu keberhasilan belajar siswa bisa menjadi seorang profesional.
Kata profesional di atas menuntut guru untuk melakukan perencanaan pembelajaran agar dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara sistematis dan tepat, sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Perencanaan pembelajaran ini kadang-kadang membuat guru malas, misalnya menganggap silabus dan RPP terlalu konseptual, tidak terlalu relevan dengan kenyataan dalam mengajar.
Adanya ketidaksinkronan antara tuntutan profesionalisme guru dengan kenyataan, maka seorang guru harus memahami tentang pembelajaran lebih mendalam.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran?
b.      Apa sajakah yang termasuk ke dalam ruang lingkup perencanaan pembelajaran?
c.       Apa yang menjadi tujuan dan bagaimana urgensi perencanaan pembelajaran?
d.      Apa saja manfaat perencanaan pembelajaran?
e.       Seperti apakah makna perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi?
3.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui arti dari perencanaan pembelajaran.
b.      Untuk mengetahui ruang lingkup perencanaan pembelajaran.
c.       Untuk mengetahui tujuan dan memahami urgensi (pentingnya) perencanaan pembelajaran.
d.      Untuk mengetahui manfaat perencanaan pembelajaran.
e.       Untuk mengetahui dan memahami makna perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Keberhasilan suatu proses pembelajaran diawali dengan perencanaan yang sangat matang. Perencanaan yang dilakukan dengan baik, maka setengah keberhasilan sudah dapat tercapai, setengahnya lagi terletak pada pelaksanaan. Namun demikian, perencanaan yang sudah baik sistematis atau terperinci, jika pelaksanaan proses pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan, maka mungkin sekali akan gagal. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran belum tentu akan mencapai keberhasilan jika dilakukan sembarangan sehingga proses pembelajaran kurang menarik, membosankan, tidak merangsang siswa untuk aktif dan kreatif, sehingga tujuan pun tidak tercapai. Oleh karena itu, perencanaan yang baik dan pelaksanaan yang tepat akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran.[2]
Perencanaan pembelajaran pada mulanya merupakan suatu ide dari orang yang merancangnya, tentang bentuk-bentuk pelaksanaan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk mengkomunikasikan ide tersebut, biasanya dituangkan dalam bentuk perencanaan tertulis.[3]
Roger A. Kaufman mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai.[4]
Selanjutnya, William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management mengemukakan bahwa “Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.”[5] Sedangkan pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain, pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.[6]
Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.[7]
Dalam arti yang luas, menurut Philip Commbs, perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.[8]
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.[9]
Definisi-definisi di atas masih perlu disempurnakan untuk dapat menyatakan secara jelas dan tegas apakah sebenarnya perencanaan pembelajaran atau pengajaran itu, khususnya untuk pendidikan di negara ini. Perencanaan pengajaran di Indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijakasanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial ekonomi, sosial budaya, dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional. Definisi ini memperlihatkan suatu tanggung jawab pendidikan yang besar sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa.[10]
2.      Ruang Lingkup Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran atau disebut juga desain instruksional merupakan kegiatan organisasi instruksional. Yang dimaksud dengan organisasi instruksional adalah perencanaan pembelajaran mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran atau disebut juga dengan desain instruksional. Komponen organisasi instruksional yang dimaksud adalah: (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) langkah-langkah interaksi pembelajaran, (5) sumber belajar yang digunakan, dan (6) evaluasi pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran, dalam prosesnya dapat meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.[11]
Secara sistematik perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan isi/materi pembelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar, dan merumuskan sumber belajar/media pembelajaran yang digunakan serta merumuskan evaluasi pembelajaran. Untuk itu dalam bahan kuliah ini akan diarahkan bagaimana mahasiswa dapat membuat perencanaan pembelajaran tersebut.
3.      Tujuan dan Urgensi Perencanaan Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka sudah pasti dibutuhkan perencanaan pembelajaran yang baik. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Umum dan Konsep Islami menegaskan bahwa perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan perencanaan bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip fundamental, tetapi juga mengembangkan sikap yang positif terhadap program pembelajaran, meneliti dan menemukan pemecahan masalah pembelajaran. Secara ideal tujuan perencanaan pembelajaran adalah menguasai sepenuhnya bahan dan materi ajar, metode dan penggunaan alat dan perlengkapan pembelajaran, menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola alokasi waktu yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan.
Ide perencanaan pengajaran yang baru dikenal sekitar tahun 50-an, sekarang telah luas mempengaruhi pemikiran tentang pendidikan. Betapa tidak, pendidikan itu ditujukan kepada anak didik. Anak didik merupakan pewaris hari depan masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan manusia menyusun rencana itu secara sistematis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan, maka lahirlah perencanaan pengajaran dalam arti modern.[12]
Perencanaan pengajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk lebih menjadi berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan. Tidak jarang kita mendengar tuduhan atas “perencanaan yang salah” karena suatu kegiatan tidak mencapai hasil yang optimal, walaupun kekurangberhasilan tadi dapat pula disebabkan adanya penyimpangan dalam pelaksanaannya. Namun tuduhan ini dapat dijadikan suatu indikator bahwa perencanaan memainkan peranan yang penting sekali.[13] Perencanaan dapat membantu, akan tetapi perencanaan itu sendiri harus dipakai dalam suatu kombinasi yang harmonis dengan alat-alat lainnya seperti misalnya pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan. Perencanaan untuk menjadi alat yang berguna perlu juga didampingi dengan pengetahuan dan kemampuan bekerja seseorang secara efektif dalam situasi kepemimpinan yang baik.
Perencanaan juga merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam implementasi kurikulum, yang akan menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dan menentukan kualitas pendidikan serta kualitas sumber daya manusia, baik di masa sekarang maupun di masa depan. Oleh karena itu, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, guru tetap harus membuat rencana pembelajaran, karena perencanaan merupakan pedoman pembelajaran.[14]
Perencanaan pembelajaran sangat dibutuhkan, disebabkan beberapa hal. Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Guru yang hanya melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan ceramah, tentu saja ceramahnya guru diarahkan untuk mencapai tujuan; demikian juga guru yang melakukan proses pembelajaran dengan menganalisis kasus, maka proses analisis kasus itu adalah proses yang bertujuan. Dengan demikian semakin kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru. Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa keterlibatan siswa. Dalam suatu proses pembelajaran guru tanpa siswa tidak akan memiliki makna. Demikian juga halnya, siswa tanpa guru dalam proses pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru dan siswa perlu bekerja sama secara harmonis. Itulah pentingnya perencanaan pembelajaran. Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran. Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa. Siswa adalah organisma yang unik, yang sedang berkembang. Mereka memiliki minat dan bakat yang berbeda; mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda. Itulah sebabnya proses pembelajaran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya memerlukan perencanaan yang matang dari setiap guru. Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Untuk memberikan sumber belajar yang lebih beragam dan mutakhir, guru dapat memanfaatkan internet dan lain sebagainya. Proses pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaatkan sarana dan prasarana secara tepat. Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.[15]



4.      Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pengajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:[16]
a.       Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
b.      Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
c.       Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
d.      Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
e.       Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
f.       Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Perencanaan juga dapat mengandung penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi yang diharapkan bermanfaat untuk:[17]
a.       Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran. Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.
b.      Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai dalam mengajarkan suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
c.       Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempurnaan siswa.
d.      Membantu memoermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolak ukur standar kompetensi.
e.       Memperbaharui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasarkan pencapaian kompetensi atau sub-kompetansi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
f.       Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya.
g.      Meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik.
h.      Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik dan terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
5.      Makna Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Perencanaan pembelajaran pada mulanya merupakan suatu ide dari orang yang merancangnya, tentang bentuk-bentuk pelaksanaan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk mengkomunikasikan ide tersebut, biasanya dituangkan dalam bentuk perencanaan tertulis. Perencanaan pembelajaran yang tertulis disebut juga dengan istilah kurikulum resmi atau kurikulum formal (kurikulum ideal),[18] sedangkan pelaksanaan kurikulum dalam praktik pembelajaran disebut juga dengan istilah kurikulum tidak resmi atau kurikulum nyata. Karena sumber rancangan dalam kurikulum resmi adalah ide perancang itu sendiri yang dituangkan dalam perencanaan tertulis, biasanya mencerminkan apa yang diinginkan atau dicita-ditakan (idea).[19]
Karena perencanaan pembelajaran yang tertulis dapat disebut juga dengan kurikulum, maka perencanaan pembelajaran yang berdasarkan kompetensi juga dapat bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap, dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai rasa tanggung jawab. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukan hanya sekadar pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.[20]
Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tidak pernah berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh hasil perubahan yang dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
Paradigma pendidikan berbasis kompetensi yang mencakup kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, menekankan pencapaian hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada siswa melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, strategi, media, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar prosedur tertentu.
Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan suatu model pembelajaran dimana perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya mengacu pada penguasaan kompetensi. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan sehingga mereka tuntas dalam belajarnya.[21]
C.    KESIMPULAN
Perencanaan pembelajaran adalah proses menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan memilih dan menetapkan standar kompetensi, memilih dan menetapkan kompetensi dasar, mengembangkan indikator, memilih dan mengembangkan bahan ajar, memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran, memilih dan mengembangkan media/sumber belajar, dan mengembangkan instrumen penilaian.
Ruang lingkup perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran (lebih rinci dari indikator), merumuskan isi/materi pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar, memilih dan mengembangkan sumber belajar/media pembelajaran yang akan digunakan dan mengembangkan instrumen evaluasi pembelajaran.
Tujuan perencanaan pembelajaran adalah menghasilkan rencana pembelajaran yang siap direncanakan guru dalam pembelajaran. Urgensi perencanaan pembelajaran yaitu: (1) menunjukan arah kegiatan, (2) memperkirakan apa yang akan terjadi dalam pembelajaran, (3) menentukan cara terbaik untuk mencapai tujuan pembelajaran, (4) menentukan skala prioritas, (5) menentukan alat pengukur.
Manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu: (1) sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan, (2) sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan, (3) sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid, (4) sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja, (5) untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja, (6) untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Perencanaan pembelajaran yang berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap, dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai rasa tanggung jawab. Tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukan hanya sekadar pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Haryanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Cet Ke-4. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Cet Ke-6. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2013. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cet Ke-6.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Sanjaya, Wina. 2016. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Cet Ke-12. Jakarta: Prenadamedia Group.
Uno, Hamzah B. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.




[1] Makalah disusun oleh Kelompok 1:
1.       Ahmad Fairuz                                                (11140110000094)
2.       Rohmah Hidayanti Ningrum                       (11140110000073)
[2] Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2009), hlm. 1.
[3] Ibid.
[4] Haryanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 2.
[5] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 15.
[6] Ibid., hlm. 16.
[7] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 2.
[8] Haryanto, Op.Cit., (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 6.
[9] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), Cet Ke-6, hlm. 28.
[10] Haryanto, Op.Cit., hlm. 7.
[11] Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Cet Ke-6, hlm. 4.
[12] Haryanto, Op.Cit., (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 22.
[13] Ibid., hlm. 23.
[14] Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 153-154.
[15] Wina Sanjaya, Op.Cit., hlm. 31-32.
[16] Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 22.
[17] Ibid., hlm. 22-23.
[18] Lukmanul Hakim, Op.Cit., hlm. 1.
[19] Ibid.
[20] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet Ke-12, hlm. 71.
[21] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet Ke-4, hlm. 177.

1 komentar:

  1. Did you realize there's a 12 word phrase you can tell your man... that will trigger deep feelings of love and instinctual attraction to you buried inside his chest?

    Because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's instinct to love, idolize and protect you with his entire heart...

    ====> 12 Words Who Fuel A Man's Desire Response

    This instinct is so built-in to a man's genetics that it will drive him to try harder than before to make your relationship as strong as it can be.

    Matter of fact, triggering this all-powerful instinct is so important to getting the best possible relationship with your man that the moment you send your man one of these "Secret Signals"...

    ...You will immediately notice him open his heart and soul to you in such a way he haven't experienced before and he will recognize you as the only woman in the galaxy who has ever truly fascinated him.

    BalasHapus